Ode untuk BW


Dear friends,

Artikel tentang negeri ikan yang barusan terkirim menandai berakhirnya masa kerja saya. Jadi, mulai edisi depan, nama saya yang agak ganjil itu takkan lagi ada di halaman depan majalah.


Itu adalah penggalan kalimat dalam email yang baru saja saya terima sore ini. Saya terima langsung dari Editor Senior saya di majalah. Email dari dia memang ditunggu-tunggu. Tapi, bukan soal itu. Lampirannya saja. Saya tertegun! Beberapa detik mata saya tak berkedip dan menatap kosong isi email itu.

Saya sedih luar biasa. Memang, saya tidak seakrab itu. Ngobrol saja sangat jarang karena kami sama-sama hanya part-time di majalah itu. Tapi, saya sungguh merasa gundah.

Dalam waktu dua bulan, saya belajar banyak dari dia. Meskipun tidak mendapat komentar banyak, tapi tulisan dia paling "bunyi". Kosakatanya kaya. Diksinya dipilih dengan baik-baik. Paham alur. Hebatnya, pikiran dia bisa diseimbangkan dengan kacamata pembaca. Tulisannya elegan. Penuh isi. Wawasannya luas. Idenya cemerlang. Tidak hanya deskriptif, tapi sering kali memberikan latar belakang dengan pengalaman dan pengetahuan yang mendukung. Argumentasi lengkap.

Di luar tulisan, dia dapat memberikan pernyataan dengan netral. Intonasi dan pilihan katanya tidak memojokkan siapa pun. Tidak pernah mengeluh. Mungkin, karena kami juga jarang bertukar kata.
Di pesan pribadi, dia hanya bilang "c'est la vie, -i-, such is life".

Mungkin, banyak yang lebih penting dalam kehidupannya. Prioritas bicara. Mungkin juga, kesempatan lebih terbuka baginya di luar sana. Apapun itu, ya, saya tersentuh. Saya bingung. Saya tahu, masih banyak teman--kalau boleh dibilang teman--di majalah itu. Bukan berarti kompetensinya berbanding terbalik. Tapi, entah kenapa, saya punya kepercayaan lebih dengan editor senior saya yang satu ini.

Well, "stay golden", Mas.

*gambar diambil dari http://weheartit.com/entry/6941512

Komentar