Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Bapak, Kapan Datang?

Kapan pulang, Nak? Bapak kok ya mimpiin kamu? Nanti, kalau kamu lagi kesepian Atau ndak ngapa-ngapain Jenguk Bapak, ya, Nak Biar kali ini Bapak yang nyeduh kopi Katamu, kopi bikin ngobrol jadi awet Nak, nanti Bapak nggorengin telor, ya? Kamu temani sambil ngerokok di belakang Katamu, asap bikin kamu ingat sama yang lupa Ohya, nanti Bapak izin usap-usap pundak kamu juga, ya, Nak Tapi, nanti saja, kalau kamu di rumah Boleh Bapak minta tolong, Nak? Kalau ada air mata, boleh Bapak yang seka?

Perayu

Sore-sore, matahari selalu dirayu malam Pipinya kadang merona Menambah pesona Kalau siap dibawa pulang, ia suka pamit memudar pelan-pelan Kalau sudah kepepet, langit mendadak gelap Bercumbu semalaman Terang pun kelupaan Jika saatnya bergumul Sinar-sinar kecil ditinggalkan Bintang, katanya Percintaan serupa kegelapan Mencekam sembari sulam kenangan Bahkan, saat malam sudah bosan Ia menanggalkan matahari sendirian Dan, semacam lupa kekecewaan Matahari mengendap perlahan Goethe, 2 Maret 2014 (Puri Imperium, 4 Maret 2014)