Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Sepatu Merah

Sini, semuanya. Kita duduk-duduk manis di taman hijau membentang. Aku akan tetap mengenakan sepatu merah dan terlentang melihat rerimbunan pohon. Sekali-kali, aku akan melihat matamu bergantian ketika sedang cerita. Mohon jangan anggap aku tak peduli ceritamu, aku hanya mau terlihat seakan santai dan tidak menaruh perhatian penuh. Kadang, itu membantu orang untuk bercerita tanpa henti. Setidaknya, cara itu berarti bagiku ketika aku sedang ketakutan sampai menggigil dan memilih bercerita kepada Ibu. Bagaimana kalau kita mulai dengan cerita tentang teman-temanmu? Atau, mau cerita tentang mimpimu? Nanti, aku akan mulai bercerita tentang kegelisahanku. Kesusah-payahanku menjalani sesuatu yang tidak berarti. Keraguanku melakukan sesuatu yang tak ada guna. Satu-dua kali, aku akan ceritakan bagaimana orang tua kalian begitu membantuku dalam menghadapi semua. Apa-apa yang terjadi tentang hidup akan dilalui bersama. Aku pernah bilang kepada salah satu orang tuamu, “makin sekarat, makin ra

Bukan Hanya Hantu yang Datang Tiba-tiba, Rindu Juga

Ada banyak cara untuk mengelabui rindu. Ah, rindu saja dikelabui. Baiklah, saya ulang. Ada banyak cara untuk mensiasati rindu. Apakah rindu butuh disiasati? Oke, saya coba sekali lagi, ya? Ada banyak cara untuk merasakan rindu. Iya, saya rindu. Dan, apalah rindu tanpa bisa melakukan apa-apa? *** Kami diberikan kesempatan untuk menjadi relawan di World House. Bukan World Bank. Itu adalah tempat bagi para imigran Belanda--dengan dokumen dan tanpa dokumen. Asal mereka macam-macam: Turki, Prancis, Indonesia, dan saya belum tahu dari mana lagi. Kami diminta untuk melakukan kegiatan bagi mereka. Katanya begini kurang lebih: kegiatan yang bisa membuka diri mereka, juga menebar jaringan, juga meningkatkan keberdayaan. Ketika mendengarnya, saya rasanya ingin ikut kegiatan itu. Dengan kemampuan sosial yang sangat minim seperti saya, kegiatan seperti itu--yang berbau instan bagi mereka dan mengharapkan hasil yang cemerlang (macam klien)--memang dinanti-nanti. Saya teringat pada satu kegiata

Kalau Mau Hitung-hitungan, Seberapa Adil Kesenian?

“Creative Court develops art projects and reflects on peace and justice from The Hague, seat of government and international city of peace and justice. Creative Court operates from the understanding that art has the ability to incite reflection, empathy and eventually peace.” ­  Mission of  Creative Court   Kamis, 5 Februari 2015, saya hadir dalam presentasi Creative Court di ISS, Den Haag*. Salah satu artis dan juga kurator, Bradley McCallum, bicara tentang kegiatan yang mereka lakukan. Presentasinya diawali dengan lukisan-lukisan super besar yang terpampang di galeri yang terlihat mewah. Lukisan itu dibuat berdasarkan foto-foto yang diambil dari International Criminal Court di Den Haag. Hasilnya mencengangkan, apalagi dia juga cerita soal  prosesnya  yang memakan waktu tidak sebentar. Proses itu juga diperlihatkan dalam rentetan lukisan yang tidak sepenuhnya menyerupai foto asli, melainkan ada pula yang pewarnaannya membentuk peta-peta terkait perjuangan hak asasi manusia. 

Jangan Sepi dan Muak

Apakah ada saat yang jauh lebih baik untuk menyesal daripada saat ini? Ini adalah salah satunya hal yang berbeda antara aku dan kamu. Saya sudah memutuskan untuk pernah jatuh cinta kepadamu, pun dengan penyangkalan bertubi-tubi. Sementara kamu pun sudah memutuskan untuk akhirnya tidak jatuh cinta kepada saya, pun dengan penyangkalan selang-seling. Keputusan itu membuat saya dan kamu, ya, begini-begini saja. Lantas, apa yang membuatmu hari ini datang petenteng-petenteng, kemudian mengajak menyesal massal? Ini adalah satu-satunya hal yang tidak ada gunanya. Kalaupun saya dan kamu memang suka berlalu-lalang untuk saling jatuh cinta, sudah sepakat kita bahwa ini tidak sebegitunya. Jika saya dan kamu memang sebegitunya, saya tidak akan begitu ketakutan untuk merasa sakit oleh tingkah lakumu yang begitu sembrono. Kamu pun juga tidak akan begitu keresahan untuk merasa tidak cocok oleh lagak laku saya yang begitu sembarangan. Apakah kota yang baru kamu sambangi itu mengingat