Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2006

malam komplit pake telor

Aku hanya ingin bersua. Itu saja. Menutup malam dan mengawali pagi yang masih terlalu pagi bersama-sama. Sungguh, tubuh ini sudah terlalu lunglai untuk melawan hari. Aku butuh dibagi sedikit saja energi. Namun adanya berkata lain. Energiku semakin tersirap habis hingga terlalu sulit untuk mengutupkan matanya yang sudah ingin rebah. Tak usah dicari sang terdakwa karena semuanya punya kebenaran masing-masing. Cukup alam saja yang menyesatkan malam ini. Dan tak usah ulang akhir malam seperti ini lagi. Itu saja.

silakan sayang saja

kemudian kami melanjutkan hidup masing-masing aku hanya terduduk kehilangan perjanjian dan sisanya tampak begitu menikmati silakan hanya aku tak sempat berbiasa kemudian aku memutuskan untuk beranjak bukan untuk jauh, hanya mengamati dari jauh dan segala lakunya masih penuh perjanjian sayang saja hanya aku tak bisa dibagi sekali lagi kedatangannya tak pernah tiba kepergiannya pun tak pernah beranjak rasa tak seberapa, hanya lebih yang berkelebihan
Akhirnya aku tahu siapa yang harus aku maki hari ini. Diri ini. Tidak pernah menghadirkan diri di antara yang mencari. Tidak pernah menyediakan diri kala butuh mencari. Hingga akhirnya enggan untuk mengucapkan maaf bahkan menuliskannya. Sudah terlalu sering kata itu muncul dan khawatirnya akan menjadi sesuatu yang berkurang maknanya. Dan aku hanya bisa resah ketika senja menggugah. Ketika malam menggantikan pun, aku masih resah dan berangsur penuh makian pada diri ini.

where's desire? (mungkin ar lbh tau, huakakakakak --> peace, ar!)

duduk di sini kembali jatuh cinta gagal putus cinta terlalu jauh di belakang terlalu banyak rasa yang harus dirasa terlalu banyak hati sudah merasa tumpukan keinginan yang harus dijejaki keenggenan kaki untuk berkaki akhirnya,keinginan hanya sekedar keinginan aku butuh gairah tampaknya dia tersesat entah di mana aku lelah mencari mungkin saat ini duduk di sini kembali (malam yang seperti biasanya)

must not like this!!!

menyebalkan!!! Udah lewat 4 bulan tapi ternyata masih aja kayak gini. Dikira sudah terlupa terlalu jauh nyatanya masih aja suka hadir dalam mimpi. Tadi malam dia hadir lagi pada mimpiku yang kesekian setelah kejadian itu. Sebelumnya dia juga masih suka dateng di mimpi atau bayangan. Gak mau kalah ama kejadian dalam satu malam. Gak mau kalah ama alam bawah sadar. Gak mau kehilangan logika lagi. Gak mau nggak pernah ngerasa nyaman lagi. Gak mau ketakutan terus. Gak mau nggak bisa mikir yang lain. gak mau inget kejadian itu lagi. gak mau nangis mulu. Gak mau nggak berani sendirian lagi. gak mau. gak mau. gak mau. Aku takut.

mumet

aku enggan berceloteh! hingga kata-kata dan segala macam bentuk pemikiran itu tersedak di dalam dan menyerikan pala. kenapa tak ada siapa-siapa di sini? sebenarnya ada dia, ada dia, ada dia, ada dia, ada merekalah, hanya aku saja yang enggan untuk menghadirkan semua saat ini. maaf, bukan saya angkuh. mungkin sedikit angkuh. sudahlah, tak ada kata yang bisa dirangkai lagi.

proses menuju Tuhan

Apakah gue terlalu menyamaratakan perbedaan? Padahal banyak orang yang ingin menarik satu garis tegas di antara perbedaannya. Bahkan, kadang gue menerima area abu-abu tanpa pemenang dan tanpa pengalah. Gue berpijak pada kebenaran masing-masing dan berusaha menghargai hal itu. Gue sangat menghargai perbedaan tapi bukan berarti gue harus kayak mereka tau mereka kayak gue. Gue tidak beranggapan kalo gue bener, malah sekarang gue masih dalam proses dalam pencarian kebenaran itu sendiri. Dalam hal ini, kayaknya gue enggak sendirian. Gue enggak mau merasa lebih tinggi daripada Tuhan dengan menentukan dosa atau tidak bahkan kadang sekedar benar atau salah.

Surat untuk Mereka

Buat: Mama dan Papa Berpuluh tahun sudah kau menipuku. Berusaha menutup panggung kehidupan dengan layar kau ciptakan. Layar pengganti. Kau tutup kejamnya hidup dengan kelembutan yang menyelimut. Kau samarkan beratnya hidup dengan sejuta perhatian. Kau buka kehangatan agar dinginnya kehidupan tak terasa. Kau rahasiakan itu semua selama berpuluh tahun. Hingga saatnya kehidupan mulai memaksakan kehadirannya. Bahkan, kau suka menipu diri sendiri, bukan? Mengajarkan berani padaku padahal berani itu terasa berat kadang dan kau tak mau aku menopang itu. Mengajarkan sendiri padaku padahal sendiri itu terlalu banyak menyita air mata. Aku rasa sudah cukup, Ma, Pa. Aku sudah terlalu kerasan tinggal di dunia yang penuh dengan asumsi yang kau ciptakan. Namun, pada akhirnya aku berdiri di sini. Sudah beberapa tahun ini aku mengintip kehidupan dari belakang jendela ini. Pintu itu sudah terbuka. Aku mulai menginjak kehidupan. Bukan karena aku tak betah di dunia itu, melainkan memang sudah seharusnya a

tidurlah

Akhirnya malam ini tiba juga Malam yang kunantikan sejak awal yang kita cipta Malam ini yang menjawab akhir yang ideal untuk kita Tapi akhir yang diciptakan oleh malam Apakah ini akhir yang kita ciptakan? Mungkin kita terlalu banyak berteman dengan malam Dan pagi tak kan terisi lagi Dan alarm berfungsi sebagaimana mestinya Membangunkan orang tanpa membagi sedikit energi positif untuk memulai hari Tidurlah Malam terlalu malam Pagi terlalu pagi

Jalan Mampang

Sepanjang perjalanan tadi aku membuat surat untuk orang-orang yang hampir sebagian besar sehidupku bersamaku. Kemudian, aku bacakan pada lampu jalan ditemani kemacetan malam. Kubaca tiap katanya dengan sungguh. Maknanya kuisi dengan kemampuan ingatan sehidupku. Jalan panjang Mampang menjadi pendengar yang baik malam itu. Lampu merah-lampu merah pun hanya bisa memberikan sinarnya pada mataku yang mulai kalah menahan isakan. Aku terisak-isak di dalam sana. Napas pun susah untuk dihembus atau pun dikeluarkan. Marka jalan mengiyakan ketika kukatakan mereka masih menjadi yang terpaling. 6 april 2006
Hari ini begitu banyak energi negatif yang berkeliaran. Dan hari ini juga tubuhku terlalu lemah untuk menangkal energi-energi itu. Tubuhku berontak dengan menjelma kepala yang menyakit. Begitu lemah, hingga air mata terlalu manja minta keluar. Sepertinya ada sesuatu yang luput dari perhatianku. Mencoba mencurinya dengan menebarkan energi-energi negatif itu tapi entah. Alam pun tak dapat dimintai penjelasan. Bulan purnama terlalu lama sudah dan masih lama belum. Kemana harus kucari ketidakjelasan ini? Malam sudah larut namun masih banyak yang tersisa.

singkat

hari ini begitu singkat!!!!!!!!! Semua perjumpaan terasa begitu singkat. Mungkin alam memang membiarkannya seperti itu biar kesan tertinggal. Tapi aku mau lebih lama. Biar senyum tersimpan sampai cukup menemani di hari ke depan. Aku rasa,,, tawa ini lebih lama lagi tersimpan.