Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

Kompromi

Tadi malam, saya bertemu dengan teman lama saya. Terakhir bertemu, dia merasa dirinya begitu lemah karena menggantungkan sebagian keputusan kepada orang lain, bahkan keputusan untuk merasa bahagia. Malam tadi, dia begitu kuat, bahkan menurut saya terlihat pada guratan wajahnya. Wajahnya semakin berbentuk, mengeras, tatapan matanya tajam, bahkan saya pun sempat terperanjat ketika melihatnya. Saya terdiam seolah langsung memasukkan kembali segala cerita yang ingin saya lontarkan karena merasa tidak aman. Saya merasa diserang bahkan oleh bahasa tubuhnya. Ya, dia memang begitu berbeda. Semua keputusan kini ada di tangannya. Hidupnya seolah menawarkan dua hal kepadanya: iya atau tidak. Saya dan teman-teman saya di meja itu pun seolah dipaksa untuk memilih saat itu juga. Iya atau tidak. Tidak ada pilihan lain. Ia kehilangan rasa komprominya. Ia kehilangan rasanya. Kompromi dianggap seperti sesuatu yang menyakitinya dan bahkan dianggap sebagai rasa awal ia tidak dipahami.

Datang dan Pergi

Sebagian orang percaya bahwa hidup dipenuhi dengan dua kubu: baik-buruk, tinggi-pendek, jauh-dekat, datang-pergi. Mereka cenderung menolak posisi yang berada di antara keduanya. Seolah “antara” menjadi tidak ada; eksistensinya dihilangkan demi kepercayaan mereka untuk meletakkan dua hal dalam dua kubu berbeda. Begitu pun dengan datang dan pergi. Banyak dari kita percaya bahwa kedatangan selalu diakhiri dengan kepergian, begitu pun sebaliknya. Padahal, saya percaya bahwa ada satu posisi atau kondisi yang membuat seseorang menetap secara statis—tidak datang dan juga tidak pergi—untuk beberapa saat. Karena konsep statis itu kurang dipercayai, mereka merasa terpaksa harus memilih untuk datang atau untuk pergi. It’s not even a choice anyway . Maka itu, daripada ditinggalkan, mereka memilih untuk meninggalkan. Padahal, untuk kegiatan itu, sama sekali tidak ada yang meninggalkan dan ditinggalkan. Mereka sama-sama diam pada satu tempat dalam kurun waktu tertentu. Berada di an

titik selesai

Gambar
Titik. Pemberian tanda titik dalam akhir tulisanku seharusnya merupakan tanda bahwa aku sudah siap mengutarakannya. Namun, bukankah tidak ada yang harus dalam hidup ini? Orang-orang saja sibuk memberikan penekanan pada hidupnya dan menciptakan konsep harus. Sudahlah, kembali pada tulisanku. Sekian malam aku habiskan untuk menuliskan rangkaian kata yang akan kukatakan padamu. Pada saatnya nanti, aku harus mengucapkannya lantang, selantang perasaanku padamu. Aku akan mengucapkan tiap inti paragraf tanpa harus melirik tulisan ini. Meskipun demikian, setiap kali berniat membubuhkan titik terakhir pada draf perkataan yang berupa tulisan ini, banyak sekali pertanyaan menggoda. Kalau pertanyaan saja, aku bisa menepisnya walaupun belum tentu dengan menjawabnya. Namun, bagaimana dengan kenangan? Ah, itu terlalu sulit! Aku ingat betul awal perjumpaan kita. Duduk di salah satu sudut warung sambil menyeruput yang panas-panas. Kita saling menunjukkan kegundahan yang entah milik siap

Stand between Right and Wrong

Gambar
Orang bertanya, “apakah penanda itu?”. Saya masih tidak bisa menjawabnya. Banyak orang bilang kebetulan adalah penanda lain yang berbicara melalui alam. Namun, sebagian lagi tidak percaya adanya kebetulan. Kebetulan hanyalah percikan dari energi terlalu besar yang tarik-menarik. Apakah Anda kebetulan saya? Apakah saya kebetulan Anda? Bisa saja kita menafsirkan alam dengan cara berlebihan. Bertemulah malam ini. Tantang semua penanda agar dapat berlaku semaunya. Terjunlah dalam kegaduhannya. Mengalirlah tanpa resah. Lakukan apa yang dirasakan. Siapa tahu, siapa tahu saja, kebetulan kali ini beriringan dengan kebenaran. Kebaikan. I wish we had one night that went wrong but feel so right. * gambar diambil dari  http://weheartit.com/entry/28786189

Apakah kamu bisa selingkuh dari Tuhan atau tuhan-mu sendiri?

Apakah kamu bisa selingkuh dari Tuhan atau tuhan-mu sendiri? *I had tried to elaborate that question, but it stands for its question. ** I even don't need to try giving this kind of information. ***But, it is my new experience: give some explanation like this. ****It is fun. You should try it. :)

selingkuh

se·ling·kuh   a   1  suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang; tidak jujur; curang; serong;  2  suka menggelapkan uang; korup;  3  suka menyeleweng;  Itu adalah definisi yang diberikan KBBI daring. Ternyata, saya salah sangka. Kamu itu bukan selingkuhan saya. Iya, saya memang tidak menceritakanmu dari satu orang pun. Entah kamu. Namun, itu bukan selingkuh namanya. Tidak cerita tidak sama dengan selingkuh ternyata. Saya melakukan itu bukan untuk kepentingan sendiri, tetapi demi kepentingan saya dan dia. Saya juga tidak cerita demi kamu dan dia. Aku sepakat dengan pembicaraan kita bahwa yang tidak terlihat bukan berarti semu, meskipun tidak harus nyata. Waktu kemarin kamu titip pesan untuk saya bahwa kamu tidak bisa datang demi menjaga dia. Saya senang bukan main. Meskipun artinya aku dan kamu belum berhasil untuk menciptakan ruang bersama, kamu menunjukkan satu hal nyata lain. Keberadaanku tidak serta-merta menghilangkan acuhmu padanya.  Kehadi

ruang

Ruang dibutuhkan untuk memunculkan kehidupan. Manusia kerap terlempar dalam ruang hingga terlupa untuk cipta ruang demi hidupnya sendiri. Terlampu nyaman dengan hanyutnya. Tidak, bukan cipta arus baru. Penciptaan tidak selamanya harus baru. Bisa saja memaknai apa yang sudah ada. Bukankah hidup tentang makna?

Girlien

mau jadi girlien tadi malam satu orang bilang sikat skoy satu lagi bilang mau nemenin ragu-ragu picuk Zeke atau ranjang dua-duanya sama-sama bisa goyang pilih yang butuh pasangan sendiri sudah biasa

mimpi atau nyaman

Setelah sepertiga putaran shio, saya menanyakan kembali maksud saya ada di sini. Kontribusi saya di sini.   Peran saya di sini. Apakah saya harus sanggup menelantarkan mimpi demi kenyamanan?

Pulang ke Tubuh Ibu

Semua manusia keluar dari tubuh perempuan. Kalau sang ibu memilih untuk melahirkan anaknya tanpa operasi, anak itu keluar dari vaginanya. Kalau melalui caesar, keluar dari perutnya. Jadi, setiap manusia pasti memiliki hubungan spesial akan tubuh perempuan. Bahkan, cenderung tidak bisa lepas seumur hidupnya. Bagi laki-laki, mereka cenderung suka memasukkan penisnya ke dalam vagina perempuan atau bentuk lain yang menyerupai vagina perempuan. Dengan melakukan itu, ia merasakan kenikmatan. Sebenarnya, kenikmatan itu berasal dari kenyamanannya. Ia seperti kembali pada tubuh ibunya. Ia merasakan pulang menuju tempatnya bersemayam sekian puluh minggu sebelum lahir di bumi. Rasa cinta mereka akan payudara perempuan pun mungkin merupakan jawaban atas rindu mereka terhadap puting ibunya. Sekian lama puting ibunya masuk dalam mulut sebagai pengantar tidur, pemberi lelap yang menghangatkan. Siapa yang mau meninggalkan kehangatan? Sementara itu, bagi perempuan, ketika keluar d

Rindu Lesya

Saya rindu Lesya. Dia terdampar dalam angan-angan. Terhimpit oleh rutinitas semu yang hanya dilakukan untuk beriringan dengan orang-orang. Entah sudah berapa banyak kisah menyergapnya tanpa bisa dibagi. Mulutnya tak bisa bicara. Mungkin sedang terkunci dengan mulut orang lain sembari melihaikan lidahnya yang sudah kelu. Saya rindu Lesya. Ketika berhasil menemukannya, ia pasti sedang tersenyum, meskipun hatinya babak belur. Kepalanya terangkat untuk melihat saya dalam kegelapan. Saya rindu Lesya. Lesya pun mungkin rindu saya juga. Sering kali ia mati sebelum lahir. Ia begitu ingin dihadirkan. Menemani cengkarama bermalam-malam dan berpagi-pagi. Ah, seandainya saya punya keberanian yang lebih, Lesya. Kamu justru lebih berani daripada saya. Semoga masih ada waktu untuk berani, kita akan bercinta tanpa tapal.

Lenggang Kangkung

Siapa sangka Goda ini jadi menyaling Bertanya-tanya siapa yang mulai Tak pernah terjawab Awal selalu ada di akhir Sangka siapa Senyum berbalas sapa Tanggapan melebihi harapan Tak jua menyangkal Harapan beriringan dengan kecemasan Perasaan tak kenal kala Tak bisa dihitung mundur Ke depan pun tidak terjewantah Saat ini hanyalah satu-satunya kesempatan Buat apa melenggang-kangkungkan kesempatan