Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

Rindu #2

Kapan terakhir kali merindukan orang sedemikian rupa? Rindu yang begitu getir.  Sehari-hari seakan dikelilingi oleh keberadaannya yang antah-berantah. Segala cerita orang berakhir dengan namanya. Melihat orang lain seakan serupa dengan orang yang dirindukan. Melihat foto orang lain di kota sekian puluh kilometer dari Jakarta, tiba-tiba termaktub sosoknya di sana yang pasti tanpa sengaja juga. Berkenalan dengan orang bernama satu tokoh yang sering disebutnya. Sejauh pandangan, ada saja hal yang kerap dihubung-hubungkan kepadanya: film, lagu, buku, nama orang, kota, hobi, pekerjaan, daerah tempat tinggal, nama kedai kopi, nama restoran, baju, jaket, sepatu, meja, bangunan, kursi, lemari. Seolah tak bisa lari dari sosoknya yang dengan seenaknya saja ada di mana-mana tanpa memedulikan rindu yang sudah tertimbun diam-diam.  Terkungkung. Sialan. Lebih sialan lagi, begitu rela untuk dikelilingi bayangannya. Apalagi, dengan penuh kesadaran. Harumnya saja diingat benar.

Kekeringan pada Musim Penghujan

Tidak pernah mudah untuk mengakui sesuatu, apalagi terkait diri sendiri, terlebih sesuatu yang begitu jujur sampai bahkan diri sendiri enggan untuk mengakuinya. Pun demikian, tidak mudah bukan berarti tidak bisa, itu pula yang selalu saya pelajari selama ini. Minggu ini, saya terbangun dan merelakan diri untuk merasa malu terhadap diri sendiri. Lebih parah, merasa kalah akan sesuatu yang dipungkiri, padahal tak ada kekalahan ataupun kemenangan, hanya kewajaran saja. Segala konstruksi yang sudah dibuat cetak birunya selama ini saya lihat lagi dengan mata burung. Terlihatlah titik di mana saya berdiri. Seberapa jauh pengembaraan dari titik awal; seberapa jauh juga dari tujuan yang sudah ditandai di maket. Saya tidak akan menghitung-hitung keberhasilan, juga tidak akan merancang segala siasat untuk pencapaian. Tidak. Itu sudah terlalu sering saya lakukan. Kali ini, saya akan berdiam. Mengamati tiap alir dan alur. Mengawasi sekarang. Merasai ke dalam. Segala ilusi saya

Kedaluwarsa

Ini bukan soal kebohongan belaka dan juga kecemburuan membabi buta. Pun, Anda menganggap ini sebagai bentuk konfirmasi amatiran, ini sama sekali jauh dari itu. Ini adalah ketakpercayaan yang meremehkan. Entah bagi Anda, bagi saya selama ini adalah kedekatan yang begitu intim. Begitu intim sampai tak pernah dibicarakan, bahkan diceritakan. Kisah begitu saja sekian lama dan biasa saja. Keistimewaan sudah tak perlu lagi dielu-elukan karena itu sudah jauh saya dan Anda lalui.  Ini bukan persoalan siapa, berbuat apa, dan di mana. Bahkan, alasan menjaga perasaan sudah terkesan kedaluwarsa. Saling tahu sajalah, banyak hal tidak mungkin saya dan Anda lakukan tanpa embel-embel di belakangnya. Tak pernah dibicarakan, tetapi itu adalah suatu kesertamertaan yang tak perlu didiskusikan berulang-ulang. Ya, saya dan Anda seintim itu. Bagi saya. Kealpaan dalam bercerita tak menjadi soal. Namun, kesengajaan untuk menutupi kebenaran akan kepahitan merupakan sesuatu yang patut dipertanyakan