Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Tawar-menawar dengan Waktu

Gambar
Satu pemandu pernah bercerita tentang Kala yang selalu ada di atas tiap pintu. Ia ada di sana karena bagian tubuhnya sudah habis dimakan... oleh dirinya sendiri. Dia terkenal sebagai orang yang rakus--atau mungkin hanya kesulitan menghapus kelaparannya. Setelah disajikan berbagai macam makanan, ia masih minta lagi dan lagi dan terus-menerus sampai kehabisan dan makan tubuhnya sendiri. Sayangnya, ia tidak bisa makan kepalanya sendiri. Itu kemudian menjadi pesan berantai antargenerasi. Setiap orang tidak bisa makan kepalanya sendiri, kepala temannya masih mungkin. Bukan hanya itu, ia diabadikan di atas pintu sebagai pengingat kapan harus berhenti. Ini perkara waktu. Cerita berkembang, manusia yang berjalan di bawah Sang Kala ditafsir ada di bawah kendala Kala atau waktu.  Waktu menjadi salah satu faktor dalam pengambilan keputusan. Besar juga perannya. Orang yang merasa punya waktu masih lama bisa punya banyak pilihan. Orang yang merasa waktunya sudah tinggal sedikit lagi malah kerap men

Tembok Tai Dai

Gambar
Ada satu tembok tinggi menghadang. Dari semen. Sebagian sudah retak-retak. Tapi masih kokoh, jauh dari rubuh.   Tok-tok-tok. Tembok semen diketuk-ketuk hanya untuk berulang kali meyakinkan seberapa tebalnya tembok menghalang. Ingatan tentang tembok-tembok berlin yang berhamburan mengelabuinya. Siapa tahu tembok ini tidak perlu martil, kematian, pembunuhan, kerinduan, dan perayaan untuk dirubuhkan.   Duk-duk-duk. Berkali-kali, ia membenturkan kepalanya ke tembok. Tidak kencang. Penakut juga ia untuk merasa kesakitan. Tapi, mau merasa berani dengan semangat menyakiti diri sendiri. Mungkin kepalanya bisa lebih kuat untuk merubuhkannya. Rubuhnya surau kami, ia teringat cerita itu. Bukan cerita, hanya judul. Ia sama sekali tidak ingat ceritanya. Ia hanya ingat buku itu diberikan oleh temannya ketika ia keluar musholla di kampus dulu. “Biar lebih sering datang ke musholla,” pesannya kala itu.   Sejak itu, ia merasa ritual hanyalah bagian dari transaksi. Penghargaan agar kem

Kekacauan Covid

Gambar
Tertelan karbon dengan emisi yang terus dipupuk Tertimbun utang dengan tagihan yang tak terbayar Tertinggal vaksin tanpa bukti Di mana lagi guna mesti disuap? Negara seakan semakin tua Bukan lagi mengurus, melainkan menuntut untuk balas budi Tarian dan obrolan tak lagi melatih hasrat Kita terjerembab dalam kematian yang terus tertunda Kita dibiarkan hidup Diajak membara Dengan api yang terus terpadam Apa lagi guna hidup? Ketika banyak pelan-pelan mengundurkan diri dari kehidupan Sebagian dipecat tanpa persiapan Yang bertahan mengeruk keuntungan Jualan yang pasti hanyalah cara bertahan hidup Berada dalam pusaran ghoib Apa saja dipercaya daripada kehilangan pegangan Mati juga bukan pilihan Dia jadi produk keamanan Sedangkan kami tak sanggup membeli kematian Hasrat mati sudah sirna sejak kehidupan tak berani menjanjikan apa-apa Pulang ke rumah lewat jalan belakang Ruang tamu jadi kumpulan pembunuh