Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

(Hampir) Bermalam dengan Ibu

Tadi pagi, saya bertemu Ibu. Tiba-tiba beliau bertanya. Benar, pertanyaan itu sudah kutunggu dari hari-hari sebelumnya. Inilah saatnya. Aku menundukkan wajahku tanpa maksud. Jawabanku tentu saja menantangnya untuk memberikan pertanyaan lain. Aku tak sanggup untuk menjawab. Tetiba, hatiku penuh. Naik ke atas sampai panas dan berkumpul di daerah mata. Ibu melihat gelagatku dan menghentikan pertanyaannya. Sebelum berpisah, ia memelukku erat. "Mau aku bermalam denganmu?" Tawarannya begitu tulus. Hampir tak pernah terdengar sepanjang hidup. "Bicara yang banyak, ya, Nak. Jangan tersesat." Pesannya menutup perjumpaan sebelum menciumku.

Bunga di Depan Pintu

Gambar
Mengusik tengah tidurku Apakah harum itu? Terangkai bunga berdiri manis di depan pintu Pengirim hanya sisipkan senyum Tanpa menunggu ranum Dibawa pulang dengan mengendap-endap Membagi asmara untuk kudekap dalam lelap Senyum ini memang untukmu, sang pengirim Geming ini juga terselip dalam karim sedu pun mendesak tanpa ingin menjadi antonim

Tsunami

Entahlah, aku, ayah , dan ibu berada di lautan lepas. Luas sekali. Bibir pantai hampir tidak terlihat dari tempat kami. Ayah dirawat di tengah laut itu. Terlihat dari infusnya yang aku pegang dengan tangan kanan yang kujulang ke atas menjauhi perairan. Tidak ada sesiapa selain kami bertiga. Aku melepas pandangan selebar-lebarnya dan sejauh-jauhnya. Air laut begitu tenang, tanpa riak sama sekali. Aku panggil ayah dan ibu untuk mengajak mereka menebar pandangan yang sama. Pada saat aku menunjuk lautan lepas itulah, aku melihat laut di ujung pandangan lautan lepas sedang mempersiapkan gelombangnya yang serba dashyat. Seketika kumelihat sekeliling dan air di sekitarku menurun. Menyisakan pandangan akan bintang laut yang mulai terlihat di dasar. Aku teriak. Meminta kami bertiga seketika menepi ke bibir yang tidak dekat pula. Muka ayah tidak sehat. Aku bertanya kepada apa ia sanggup dan mau untuk berjalan menepi atau mungkin dengan langkah yang lebih cepat. Jikapun tida

tunggu-menunggu

sekehidupan, kami terus berkelakar tentang menunggu dan ditunggu sudah salah satu begitu teregsa-gesa dalam hidupnya waktu seolah tak pernah lebih dari tipis satu lagi hanya menaikkan kaki merasa siap didatangi kapan saja penantiannya tak kunjung terjawab siapakah yang kami tunggu? siapakah yang menunggu kami? atau, tak ada tunggu-menunggu di sini? Baubau, 11 Juli 2012

pesan tanpa pesan

menunggu tidak semudah ditunggu sudah berkali-kali jam melirikku tak pernah ada waktu yang lebih tepat selain kedatangan pesan dari sang penarik tak sekali pun terhamburkan justru berkehausan kapankah rinduku sampai? hingga kau sigap membalas dengan pesan tanpa didahului pesan Baubau, 10 Juli 2012

Jahanam

Jahanam! sejahanam sayatan di mata perlahan-lahan perih tak terhindar meski sudah dikipas pandangan mengabur menghitam hanya perih yang terlihat jahanam! kami lebih paham dari ini lebih perasa dari silet karatan Ereke, 7 Juli 2012

Kami Tunggu Tabahmu

mungkin harimu menggelap tersungkur runtuhan tanpa aba-aba bagaimana bisa terdekat serta-merta terjauh bahkan dalam kejapan mata? berjalanlah tak ada gelap sepanjang lorong segala cahaya sudah dipersiapkan kami tunggu tabahmu *buatDoan Ereke, 6 Juli 2012

sesuatu

manusia cenderung ingin tahu itu apa berusaha sekeras mungkin untuk tahu itu semua apakah kita memang perlu tahu itu? kalau saya sudah bahagia, saya tidak perlu tahu bisakah kita hanya bilang itu sesuatu? sesuatu tanpa nama hanya terjadi tanpa kehilangan satu hitungan waktu pun sehingga lupa untuk merasakan Ereke, 6 Juli 2012