Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Hari Ibu Tanpa Sedap Malam

Gambar
Hari ini adalah hari ibu. Banyak orang ribut untuk menjelaskan bahwa sebenarnya 22 Desember merupakan hari gerakan perempuan. Hari ini tidak seharusnya diberi makna hanya kepada para ibu, tetapi justru untuk perempuan lebih luas; begitu kata mereka. Bagi saya, 22 Desember tetap sebagai hari ibu. Bukan berdasarkan sejarah peringatannya, tetapi alasan yang lebih personal. Ini adalah salah satu dari sedikit hari ketika segala pujian dan ucapan terima kasih kepada ibu saya begitu dibenarkan. Saya selalu memanfaatkan momen ini untuk menunjukkan apresiasi saya. Ya, saya memang punya kesulitan untuk mengekspresikan kekaguman saya, apalagi terhadap ibu saya. Selama ini, saya hanya terpukau diam-diam. Saya sibuk menceritakannya kepada orang lain. Saya rela memperhatikan tiap gerak-geriknya untuk dicontoh. Saya sedih sendirian setiap tidak bisa membantunya kala susah. Namun, ibu saya tidak pernah tahu sama sekali. Entah ibu saya tahu atau tidak bahwa banyak sekali yang saya lakukan terinspir

"Waktu" (Editor's Note - edisi 18)

Manusia terlihat begitu tergila-gila pada waktu. Ya, waktu memang alat hitung yang digunakan manusia untuk melihat titik jejaknya. Sama saja dengan momen penyambutan tahun baru ini. Berbondong-bondong kita menilik kembali kehidupan selama setahun terakhir. Kemudian, menaruh harapan besar akan tahun yang akan datang. Deretan harapan disiagakan dalam pikiran demi tercapai pada tahun baru ini. Tentu saja, liburan sudah dimasukkan dalam salah satunya; bisa juga diselipkan dalam padatnya rencana. Karena yakin, liburan dapat memberikan energi positif yang hampir sama dengan orang jatuh cinta. Menanggapi kebutuhan, kami menyajikan pilihan tempat berlibur selama satu tahun. Dari ujung barat sampai timur Indonesia tersaji lengkap untuk memenuhi kebutuhan liburan Anda, mulai dari suasana romantis untuk honeymoon, pendekatan dengan puncak, sentuhan air, sampai waktu berkualitas bersama keluarga. Masih ada waktu luang setelah keliling Indonesia tahun ini? Lokasi cantik dari luar negeri pun kami s

"Penghujung Tahun" (Editor's Note - edisi 17)

Tibalah kita pada penghujung tahun. Dua belas bulan sudah kita menambah pengalaman kehidupan yang dapat ditumpuk sebagai bekal perjalanan hidup selanjutnya. Segala perih dan suka telah melebur menjadi biasa saja. Semua terekam dalam potongan imaji—layaknya film—yang siap kita panggil kembali kapan pun. Itulah yang coba ditampilkan dalam film layar lebar. Melalui ruang visual dan audio, kita ditarik melesap menikmati berbagai pengalaman, termasuk tempat yang menjadi latar belakangnya. Nah, film juga bisa menjadi rujukan kita untuk mengunjungi tempat sebagai pengalaman baru. Sebut saja, beberapa film ternama yang mewakili daerah atau negara tertentu, seperti Amelie, December Boys, Vicky Cristina Barcelona, Denias, Batas, dan Sang Penari. Film dengan latar belakang tempat yang indah selalu menggugah untuk ditonton. Kami menyadari hal tersebut dan turut menjabarkan tempat-tempat seru untuk Anda nikmati melalui berbagai film. Dari luar negeri, kami menyajikan beberapa judul film beserta set

"Bosan" (Editor's Note - edisi 16)

Kebosanan sering kali diasosiasikan sebagai perasaan yang negatif. Maka itu, banyak orang menghindari beberapa kegiatan yang dianggap akan membuatnya bosan. Padahal, bosan merupakan satu perasaan ajaib. Bosan dapat menjelma sebagai momen penting dalam perubahan dan membangkitkan kreativitas. Bukankah perubahan justru membuat hidup kita semakin berwarna dan terus terkenang? Salah satu cara untuk mengatasi kebosanan adalah travelling. Dengan melakukan perjalanan, kita keluar dari rutinitas kita dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda; jauh dair kebiasaan. Maka itu, pilihan tempat wisata menjadi begitu penting untuk dipilih. Kami kali ini menyajikan informasi lengkap tentang liburan di Eropa. Tidak hanya menempuh jarak jauh untuk melihat tempat yang berbeda, kisah kali ini semamkin spesial karena hanya dilakukan untuk musim yang tidak kita alami di Indonesia, yaitu musim dingin. Kupas tuntas kisah mencairkan kebekuan di Swiss, Berlin, Belanda, Prancis, dan beberapa temp

"Ketinggian" (Editor's Note - edisi 15)

Ketinggian sering kali diasosiasikan dengan segala yang baik-baik, seperti kenikmatan, kepuasan, dan keberhasilan. Dataran tinggi memang menawarkan sudut pandang yang berbeda sehingga mencerahkan pikiran dan hati. Toh, segala sesuatu di dunia ini selalu tak hanya punya satu sisi sehingga kita harus mencoba menemukan sisi lainnya. Dengan demikian, kita pun semakin paham akan kehidupan. Sudut pandang tersebutlah yang kami berikan pada edisi kali ini. Anda bisa mengikuti penjelajahan Pegunungan Himalaya dan seakan turut mengalaminya. Kemudian, tempat-tempat epik di dataran tinggi juga turut dibahas, seperti India, Bhutan, Nepal, dan Tibet. Dilihat dari sudut pandang lain, paparan akan dataran rendah di Indonesia menjanjikan keanggunan menakjubkan dalam rubrik Domestik. Belitung, Raja Ampat, dan Alor siap menantang Anda untuk mengunjunginya. Perjalanan jauh sering kali bukan tujuan orang untuk travelling. Titik nyaman sering kali justru menjadi tujuannya. Padahal, titik nyaman itu kadang j

"Negara Kepulauan" (Editor's Note - edisi 14)

Sebulan sudah umat Islam menjalankan ibadah puasa. Segala duka dan perih telah berhasil diubah menjadi suka berkat nikmat Ramadan. Tidak hanya bagi umat Islam, tetapi umat lain yang saling bersebelahan pun turut menikmatinya dengan penuh rasa hormat. Untuk semakin melengkapinya, kami mengucapkan mohon maaf lahir dan batin bagi Anda semua. Selamat Idul Fitri. Akhirnya, setelah belajar kembali untuk bertoleransi selama sebulan, liburan datang juga. Sebagian menghabiskan jatah cutinya untuk mengunjungi keluarga. Namun, tak ada salahnya pula untuk mengajak sanak saudara untuk merayakan liburan di tempat lain. Kali ini, kami memaparkan tempat menantang dari negara kepulauan di dunia. Tanpa batas, kami juga menyerahkan penjelasan akan kebudayaan di sana yang dapat menarik perhatian Anda. Nama-nama seperti Finlandia, Swedia, Fiji, Selandia Baru, Filipina, Jepang, dan Bahama pasti ditemui di lembaran-lembaran selanjutnya.Keajaiban di tempat wisata di Indonesia yang juga merupakan negara arsipe

"Kontemplasi" (Editor's Note - edisi 13)

Satu tahun sudah kami bereksistensi. Layaknya perkembangan anak satu tahun, menurut Piaget yang dikutip dari Wikipedia, periode itu begitu penting dalam mengembangkan kemampuan, termasuk menemukan cara baru untuk mencapai tujuan. Selain itu, tahapan awal kreativitas dimulai pula pada usia ini. Jadi, tanpa stagnan, kami pun akan terus berubah untuk turut serta melebihi harapan Anda. Untuk mencapai tujuan, kita perlu merenung kembali untuk melihat kembali keberhasilan yang telah dilakukan dan juga beberapa hal yang dapat diimprovisasi pada masa depan. Kontemplasi. Berpikir dengan sepenuh perhatian. Itulah yang biasa dilakukan sebelum melangkah maju, meskipun spontanitas kadang juga punya tingkat keseruan tersendiri. Oleh karena itu, kami berbagi tempat menarik yang digunakan untuk berkontemplasi. Orang-orang di balik layar kami hadir menampakkan dirinya dan berkisah sedikit tentang tempat-tempat itu dalam edisi ini. Tak hanya cerita dari kami, beberapa tempat andalan dari luar negeri unt

"Budaya" (Editor's Note - edisi 12)

Budaya merupakan cara hidup sekelompok orang dari satu generasi ke generasi lain. Dengan demikian, budaya merupakan bukti dari peradaban manusia. Melalui budaya, dikenallah ritual kepercayaan, pencaharian, peraturan sosial, dan bahasa yang digunakan untuk bertahan hidup sebagai makhluk sosial sesuai zamannya. Berbekal pengetahuan itu, kita dapat menjadi bangsa yang mengukir sejarah yang lebih baik pada masa depan. Jejak sejarah dan budaya juga terekam di luar garis nusantara. Pulau Rhodes, Mesir, Lisbon, Roma, Pulau Kyushu, Khmer, Petra, dan China adalah nama-nama yang masih menyimpan kisah peradaban masa lalu. Pantas disambangi sekaligus mengagumi kelihaiannya dalam melestarikan tapaknya. Tempat-tempat itu dapat ditelusuri dalam Explore Luar Negeri. Meskipun demikian, harta karun di dalam garis nusantara tak dapat dipandang sebelah mata. Museum yang ada hampir susah untuk dihitung. Explore Domestik menyajikan sebagian saja dari rangkaian museum di seluruh Indonesia. Sungguh, Indonesia

"Petualangan" (Editor's Note - edisi 11)

Nikmatilah hidup. Begitulah nasihat banyak orang. Maka itu, banyak orang berlomba untuk merasakan anugerah kehidupan dengan caranya masing-masing. Sebagian orang merayakan kehidupannya dengan berkelakar bersama adrenalinnya. Tingkat kesanggupan untuk bertahan hidup menjadi kesempatan untuk mengenal dirinya lebih dalam. Pengalaman itu kemudian menjadi penghargaan luar biasa pada hidupnya. Atas dasar itulah, kami mengangkat tema petualangan. Aktivitas ekstrem bisa menjadi kenikmatan tersendiri bagi sebagian orang dan bukan pantangan untuk mencobanya. Bersepeda di punggung pegunungan salah satunya. Anda bisa menikmati kisah tentang jalur menantang yang ada di Gunung Merapi dan Gunung Papandayan yang ada di rubrik Domestik. Selain itu, bukan berarti petualangan tidak bisa dilakukan di luar negeri. Thailand, Kuala Lumpur, Kosta Rika, Nepal, Kamboja, Selandia Baru, dan Slovenia adalah negara ternama yang disebut sebagai tempat olahraga ekstrem. Serunya petualangan di negara-negara itu bisa j

"Anak-anak" (Editor's Note - edisi 10)

Anak adalah harapan. Begitu kata banyak orang yang selalu diselipkan. Harapan kadang menjadi satu-satunya jalan keluar dari segala kendala dalam kehidupan. Wajar saja, Pandora meninggalkan harapan dalam kotak hitamnya. Karena itu, demi harapan akan masa depan, banyak orang berjuang demi masa depan anak-anak yang lebih baik, bahkan jauh lebih baik. Tak salah, anak-anak selalu melihat dengan kaca mata yang berbeda karena belum terkontaminasi dengan racun yang telah ditebarkan Pandora ketika membuka kotaknya. Pancaran matanya memberikan ketenangan; seolah melalui tatapan polosnya, mereka menyampaikan kabar bahwa semua hal akan baik-baik saja. Jadi, bukan hanya mereka yang membutuhkan orang dewasa, kita pun—mungkin—jauh lebih membutuhkan imajinasi mereka. Imajinasi anak-anak beserta keceriaannya membuat banyak orang tetap yakin bahwa masa depan adalah kabar baik. Tentu saja, cita-cita itu sedemikian mungkin tidak ingin dikecewakan. Kita pun berusaha keras untuk memberikan lingkungan yang s

dance

Gambar
When your heart is broken, you dont want to feel it. You just have to go out from your room. Cut your hair. Get some inks. Come back. Cry out loud. Change your dress. Put some make-up. Listen to the music. Dance all the time. Until you feel tired. And, you just want to sleep but you won't as simply as because you can't; even if you really want to. One day, you kinda need to take a shower. After that, you really feel different. You just call your friend. Have one or two bottles of beer. Never tell them about your broken heart thingy. But, you shouldn't take the silence. Just tell them all the silly things that had happened in your life. Go home. Cry again. And, you should dance. You really should. All great people that i've seen danced like they really know how to dance, but they don't. Thom Yorke. Bjork. !!!. You want to be cool? Just dance. After that, you feel better because you kinda feel like rockstar. Bottles of beers are everywhere. New tattoo. New hairstyle.

FUCK

Aroma itu datang lagi. Mencolek kecil-kecil tanpa rasa. Namun sering. Tak berhenti. Hingga kuterganggu. Kutampik berulang-ulang. Aroma itu tetap menggerayangiku. Seandainya ia datang sendiri. Tanpa kenangan.

Bunda Maria

Gambar
Bunda Maria melahirkan anaknya pada bulan Desember. Kemudian, peristiwa itu dibesar-besarkan; dikabarkan kepada seluruh dunia selama beratus tahun, bahkan ribuan. Ia tahu betul bahwa Desember akan menjadi tahun penghujung dan manusia percaya betul akan perhitungan waktu itu. Kepercayaan manusia akan perhitungan waktu membuat mereka cenderung melihat kembali kehidupannya pada waktu yang sama, akhir tahun. Manusia butuh harapan pada tahun yang akan datang akibat naik-turunnya kehidupan selama setahun ke belakang. Manusia perlu harapan bahwa segala keberuntungan terus memihaknya. Dan, Bunda Maria meneguhkan harapan itu bagi banyak orang. Hmm... kenapa tidak?

Mimpi

Gambar
Bagaimana hidup kita tanpa mimpi? Sebagian orang bilang, mimpi adalah tujuan hidup. Mimpi membuat sadar sudah sampai di tujuan atau belum. Namun, apakah hidup hanya soal tujuan melulu? Apakah ketika kita tidak sampai di tujuan, itu menjadi tata ukur kegagalan? Mungkin saja, sebagian orang memutuskan untuk berjalan terus, istirahat kapan saja dan di mana saja, menikmati setiap jejaknya tanpa harus terus bertanya arah. Tidak perlu takut akan kehilangan kompas yang menjadi penunjuk arah. Belajar banyak dari kesalaharahan--menurut banyak orang--dan menjadi bahan tawa pada terang bulan. Jika memang kami perlu mimpi, seberapa tinggi mimpi itu mengintai? Dilemparkan secara seenaknya mimpi-mimpi itu. Terjatuh dan terlempar di mana-mana hingga mudah untuk menggapainya sepanjang perjalanan. Mimpi memang tidak tetap. Apa yang permanen dalam hidup ini? Mungkin, hanya tato saja. Sisanya semu! Mimpi selayaknya air yang bergerak mengikuti wadahnya. Lingkungan mengambil andil dalam mengg

adhesi

terjadi adhesi pada aku dan kamu

kantung air

Gambar
sungguh terlalu susah untuk membendung kantung air mata yang sudah mulai kehilangan ruang udaranya. Seisi kantung sudah penuh sesak oleh air yang sudah harus keluar. Bukan diinginkan, bukan diharapkan. Kemudian, keluarlah air mata itu ke ruangan yang lebih terbuka lagi. Perlahan karena terjerembab dalam kepenuhan. *gambar diambil dari http://weheartit.com/entry/2120659

bisu

Gambar
Kemudian, di sinilah perempuan itu meringkuk dalam bisu. Segala yang dirasainya begitu lugu. Seperti batu yang terlalu rindu pada tetesan air yang lama-lama akan membuatnya terkikis. Namun, justru itu adalah hal yang paling ditakutinya sekaligus diderita bahagia. *gambar diambil dari http://weheartit.com/entry/10280969/via/simelekete

Diam-diam

Gambar
Setiap orang berhak menjadi apa adanya. Memaparkan merek dirinya sekaligus diam dalam kelam untuk menjadi manusia sederhana yang patut dikagumi. Keparat! Tidak bisakah tiap orang menyembunyikan pesonanya dalam setiap pertemuan atau setiap pembicaraan? Tiap pesona yang terpancar sanggup melunglaikan hati yang kian terlena; bahkan tanpa keinginan sekali pun. Angkat kaki dari sini. Bukan tempatnya kau meluapkan segala pesona meski begitulah adanya. Ini ilusi. Fatamorgana yang diciptakan untuk menenteramkan jiwa yang sebenarnya sedang paling tenteram. Lalu, buat apa? Memang, tak semua hal bertujuan. Tidak segala juga mendamba maksud. Hanya timbul begitu saja tanpa diminta. Begitu banyak orang menyusahkan dirinya sendiri, seperti orang yang sedang jatuh cinta dengan diam-diam. Setiap serpihan-serpihan dianggap penting dan menjadi momen yang diajak tidur bersama bunganya nanti malam. Begitu mudah membahagiakan orang; semudah menyakiti mereka tanpa kata. * gambar diambil dar

Bersinau-sinau

Gambar
Momen berkesan dalam hidup manusia tidak akan lenyap begitu saja. Tanpa disadari, manusia meninggalkan sesap dalam setiap langkahnya. Diberi tanda satu per satu untuk dikenali kembali ketika menapakinya. Semua hal yang pernah ada dalam hidup manusia dengan sendirinya mencantumkan label-label yang tidak kasatmata. Tak perlu kejadian hebat atau orang yang signifikan dalam hidup. Kesederhanaan ternyata juga memegang peranan penting dalam kesan hidup manusia. Tempat, lagu, cerita, sepatu, tas, kaus, nomor, suara, aroma, sentuhan, orang, minuman, makanan. Tanpa terkecuali. Satu contoh ringan, lagu tertentu selalu didengarkan pada perjalanan panjang. Setiap mendengar lagu itu, imaji di depan mata tidak bisa dihentikan menelusuri ingatan yang menjadi kisahnya. Lagu itu menjadi latar belakang. Jalanan kosong di depan. Pohon-pohon berlarian. Lampu-lampu mobil dari arah yang berlainan menyilaukan mata. Ketika lain, aroma tertentu. Aroma itu dulu berasal dari seseorang

Pernikahan

Gambar
Dari cerita dongeng, pernikahan disebut-sebut sebagai tujuan akhir dengan peran emansipasi kebahagiaan. Harapan melambung tinggi; tepat seperti yang didambakan penulis hikayat. Ketakutan diempaskan begitu saja demi menyandarkan kehidupan seperahu berdua tanpa kehilangan senyum sepersekian detik. Namun, hidup tak semata hanya dari dongeng. Selama perjalanan hidup, pengalaman hidup orang lain dapat memberikan mozaik yang bicara tentang kehidupan, termasuk pernikahan. Sebut saja semua kata yang keluar pertama kali ketika mendengar kata“pernikahan”. Lain pengalaman, lain pula asosiasi yang didekap. Bahagia. Rukun. Selisih. Toleransi. Kompromi. Bungkam. Terbatas. Bebas. Reproduksi. Selingkuh. Belajar. Bersama. Percaya. Tidak cocok. Kesenjangan. Paham. Aman. Resah. Girang. Tunggu. Terdesak. Puas. Pasrah. Maka itu, pandangan tentang pernikahan pun melebar. Dongeng-dongeng menjadi mitos berdalih lebih realistis. Kepercayaan akan pernikahan melenyap perlahan. Atas nama cinta mas

happy

Gambar
it must be great to be one of them. let's dance :)

Rumah Indonesia

Pada satu kesempatan wawancara, saya diberi pertanyaan, “apakah kekuatan budaya Indonesia yang dapat mendorong demokrasi di Indonesia?” Dari pertanyaan itu, saya ingat penelitian yang dilakukan oleh Saya Sasaki Shiraishi. Dia orang Jepang yang memaparkan bahwa relasi begitu penting dalam kehidupan di Indonesia, termasuk kehidupan politik. Berangkat dari pertanyaan tersebut, pikiran saja menjelajah. Keluarga cenderung mempunyai satu tempat tinggal—apapun bentuknya, tetapi biasa disebut dengan rumah—yang menjadi ruang tersendiri. Ruang itu biasa digunakan untuk berdiskusi sebagai keluarga; menyenderkan kepercayaan, berbagi suka-duka, dan tempat untuk saling berbagi dalam keadaan apa pun. Jika benar Indonesia ini adalah rumah saya, kenapa saya tidak merasa seperti ada di tempat tinggal sendiri? Jika pemimpin itu seharusnya menjadi orang tua saya, kenapa saya tidak percaya dengan mereka? Kadang, saya malah merasa tidak percaya dengan saudara-saudara saya yang berusaha saling me

tak tunggal namun esa

katakan langkah ini hanya satu mengusung rasa yang tak tunggal namun esa pastilah kita pada dahaga merasa harus mengejar banyak ketertinggalan keberhasilan merajalela tapi milik siapa? mimpi dipetik satu per satu punyaku terlalu tinggi sampai tak bisa dilihat saya lapar jiwa ini kering serasa pemerintah yang terus berkhianat percaya pada sesuatu yang fana menyembah kesemuan semata mata kami lima enggak untuk mempunyainya bahkan satu pun kami dicerca tanpa usaha untuk bangkit kami melayang ditahan harapan yang berkesilauan

beban

Belakangan, saya mengenal kekecewaan. Menerima banyak hal yang sama sekali tidak ingin. Belajar banyak tentang suatu hal yang tidak ingin diketahui. Dan, bukan satu-dua orang saja yang mengalaminya. Banyak orang mengalaminya secara bersamaan. Sebagian mencari perhatian, sebagian lagi sibuk menutupi, lainnya sibuk mencari solusi. Well, life happens. Dalam hidup, semua orang pasti pernah mengalami situasi terburuk. Satu memori yang ingin dihapus dan kalau bisa dipotong hingga tak perlu mengalaminya. Tapi, hidup tidak sesusah itu ternyata. Kita tinggal menerima apa yang sudah mereka sediakan untuk kita. Semua akan lebih mudah ketika sudah menerima. Dan, tidak perlu menimang-nimang beban orang. Toh, masing-masing punya beban yang sama; hanya satu terlalu sibuk cari perhatian hingga terlihat begitu berat. Satu lagi begitu sibuk mencari solusi hingga terlihat lebih mudah. padahal, saya yakin, di lubuk hati masing-masing, ada belenggu yang segera ingin menyelesaikan ini semua dan mengubah

cepat pulih, Ibu, cepat pulang

rangkum peluk ini ketika kau telah berinjak pada bumi pertiwi membawa kasih yang telah kau jaga cantik nian kau wahai lelaki bergemulai di atas kasih dalam khawatir atas nama cinta tak ada lain yang bisa kulakukan tergolek lunglai layaknya Annelis yang terbaring kaku akan cinta pada Minke hanya peluk yang kusimpan setiap hari kumasukkan satu demi satu bukalah nantinya untuk melenakanmu dan ibumu dari kesedihan yang tak berpundung sungguh indah telah menanti kalian di sini

the only person that could hurt me is myself

Saya membiarkan diri untuk merasakan rasa sakit. Menusuk. Semakin dalam. Merasakan rasa sakit yang tak hanya menusuk. Hidup dengan luka itu. Memperhatikan bekas luka yang sudah kering dan meninggalkan bekas. Bahkan, luka yang baru saja tergores sehingga masih terlihat bekas darah yang keluar. Mengenang pembelajaran dari rasa sakit yang telah berhasil dilalui. Saya membiarkan diri saya merasakan sakit. Dan, hanya saya yang bisa membiarkannya begitu saja. Tak ada kesanggupan orang lain untuk menyakiti saya. Feel the pain. Live with it. Learn from it.

i wish nothing, but the best

What can i do? I just could stand here. Right here. Pray for you. What should i do? I really want to do something more. But, there are boundaries. I wish the best for you. Keep strong. God always be here. God sent this gift in a different way. Dont be sad. You have a great family.

binar

Gambar
Bagi sebagian orang, rindu itu seperti persembahan dari khayangan. Dinanti benar pernyataannya dan tak pernah sabar untuk bertatap mata. Binar. Itulah yang ingin segera dipancarkan dan ditangkap kembali sinyal mesranya. Cita-citanya mungkin saat itu hanyalah satu, tak perlu cumbu mendalam dan desah tak karuan, hanya ingin menari semaunya. Tak ada hitungan ketukan. Tak ada gaya seragam. Semaunya saja. Bagi sebagian orang lainnya, rindu itu seperti derita atas permintaan ego yang tak pernah kunjung habis. Tuntutan atas peran yang pernah mengungkapkan kasihnya, meskipun sudah terlampau lama diucapkan. Pernyataan itu bagaikan ketidakmengertian atas peran hidup lainnya. Rindu bagai menusuk hingga luka. Bahkan, rindu hampir diharapkan tidak ada agar hidup lebih tenang. Bukankah hidup sudah cukup sibuk bagi kami kaum urban? Sementara itu, saya melihat seorang gadis berjingkat tanpa keteraturan sambil meliukkan tubuhnya berikut goyangan kepala yang tidak sinkron dengan musik yang didengarkan s

penantian kebetulan beruntun

Gambar
Hidup sering kali ada di bongkahan batu kecil di tengah laut. Tak bisa kembali ke daratan dan terlalu besar tantangan untuk melangkah ke pulau selanjutnya. Kiri-kanan pun hanya hamparan laut luas. Antara tidak mau mengingat atau memang terlupa, kita bahkan tidak tahu bagaimana bisa sampai pada bongkahan batu kecil itu. Sendirian pula. Tanpa persiapan apa-apa pula. Menyalahkan siapa dan apa pun bukan jalan keluar. Bahkan, hanya akan mengikis batu yang sudah mengecil itu. Semua pilihan menjadi semu. Kenyataan serasa sepahit yang selalu dibicarakan orang-orang. Harapan kandas tak terjejak. Inilah yang mereka sebut dengan berada di bawah. Berada di garis yang lebih rendah daripada perputaran kehidupan dalam berbagai kisah turun-temurun. Satu-satunya harapan adalah menanti kebetulan-kebetulan beruntun yang sering kali terjadi di film tanpa diharapkan. Berdoa sekeras mungkin akan hadirnya kemungkinan yang tak pernah dipikirkan sebelumnya. Bersemedi akan kesempatan yang tak pernah diharapkan

c'est la vie

Gambar
Ini bukan saatnya untuk berkeluh kesah tentang diri sendiri. Bukan pula waktunya memohon penghargaan. Lagipula, penghargaan tidak semestinya diminta, apalagi mengemisnya. Rasa itu sebaiknya timbul atas kesadaran dan kemauan. Mungkin, satu-satunya jalan adalah menurunkan ekspektasi. Progres bukan menjadi pilihan. Kemunduran bisa jadi jalan keluar yang terbaik. Akui sajalah. Setiap kita tidak bisa menjadi yang terbaik. Bahkan, terbaik kedua atau ketiga—jika “terbaik” keluar dari maknanya menjadi lumrah untuk diurutkan. Ikuti saja alurnya. Dan, segera membiasakan untuk menjadi pihak luar. Kebutuhan adalah asas dari ini semua. Batas-batas menjadi begitu jelas. Tidak saja membatasi, tapi juga harus menghanyutkan pahit yang kesakitan. Ini bukan saatku. Ini bukan pula saatmu dan saatnya. Ini adalah waktu untuk membiarkan hidup dan waktu menjalani perannya. Peran manusia berhenti sampai di sini. Tanpa perlu nestapa berlebihan untuk meratapinya. C’est la vie. *gambar diambil dari http://weheart

to be happy is so easy

Gambar
Setiap minggu, Lesya tak pernah luput datang ke rumah sakit untuk menemani kakaknya sejak mengidap penyakit itu. Setiap minggu itu pula, perempuan itu ada di sini. Rambutnya panjang tanggung. Selalu menggunakan minyak wangi yang sama. Tangannya selalu ada mainan, entah kartu, alat musik, atau apa saja. Selalu datang sebelum Lesya dan kakaknya datang. Selalu sedang berbincang dengan orang lain. Beberapa kali masuk ke dalam ruangan dokter, tetapi sekeluarnya, ia tetap duduk di ruang tunggu. Senyumnya tak pernah berhenti dipamerkan. Terlihat ramah. Hangat sekali pembawaannya. Minggu lalu, ia menghampiri kakak Lesya setelah teman bicaranya masuk ke dalam ruangan dokter. "Hai," sapanya ramah, giginya putih bersih, tersusun rapi. Ia langsung mengambil tempat duduk di samping kakaknya Lesya. "Hai," jawab kakak Lesya pelan. "Nomor urut berapa? Masih lama?" tanyanya tanpa ada intensitas mengganggu. "Masih 10 nomor lagi" jawab kakaknya

kiri-kanan-depan-belakang

Gambar
Kalau tidak memilih ke kiri, bukan berarti pilihan jatuh pada kanan. Ya, sering kali orang berasumsi sesuka hatinya. Tak masalah. Hanya saja mungkin pilihannya diperluas sehingga tidak terjebak dalam hubungan sebab-akibat yang semu. Pilihan di dunia ini tidak hanya dua, bukan sekadar betul atau salah. Alasan di semesta ini pun tak hanya argumen kosong dari kebanyakan orang. Orang yang memilih untuk tidak makan siang bukan hanya karena ia masih kenyang atau tidak punya uang, tapi bisa saja ia sedang sakit perut. Bisa juga ia sedang menunggu janji untuk memadu kasih lewat sinyal telepon pada saat itu. Seseorang yang memilih untuk pindah kerja bukan saja beralasan gaji lebih besar atau ada kenyamanan yang jauh lebih baik yang ditawarkan. Namun, ia mungkin merasa ingin berkontribusi di bidang lain. Kita tersekap dalam stereotipe klise. Hanya bisa paham dengan apa yang kita percaya. Padahal, banyak hal yang kita tidak percaya bukan berarti tidak ada. Hal yang tidak dipercaya itu bukan

pengakuan

Gambar
Banyak orang butuh pengakuan. Sayangnya, pengakuan itu tidak cukup hanya sekali. Orang yang percaya akan perubahan tentu saja masih memerlukan rekonfirmasi lagi dan lagi dan lagi. Mereka berebut cara untuk mendapatkan pengakuan. Selesai pengakuan yang satu, kemudian butuh pengakuan lebih untuk satu hal lagi. Bahkan, hanya untuk pengakuan yang sama. Perebutan itu suka brutal layaknya menerobos lampu merah, meskipun baru berubah sepersekian detik perubahannya dari lampu hijau dan kuning. Hmm... hasilnya jauh dari harapan. Berkali-kai ibu mengatakan, apa gunanya penyesalan. Penyesalan masih diperlukan, Ibu. Beri kabar akan kesadaran tentang kelalaian. Bagi rasa tentang haru yang menjadi debu yang tak bisa disapu. Hingga menanti pengakuan selanjutnya yang harus diulang kembali dari bawah. *gambar diambil dari http://weheartit.com/entry/10303945

tidurlah

Sebelum tiba di penghujung, saya sering kali kelelahan. Ujung pun tak terlihat; bukan karena silau ataupun gelap, tetapi memang terlalu jauh. Kadang, mungkin saja ujung sudah di depan mata. Namun, karena terlalu besar, saya suka berpikir itu hanya tak terlihat. Atau, bisa jadi justru memang tidak mau melihat ujung. Terlanjur termakan omongan orang yang bilang hidup penuh perjuangan, tanpa akhir. Kasihan. Ketika sedang lelah, saya suka lihat kiri-kanan. Memang, ya, rumput tetangga tampak lebih hijau. Namun, rasanya, perlu juga melihat ke belakang. Menatap jejak yang telah dilewati. Patutlah berbangga diri. Banyak sudah pernah dilakukan dan dikenang, meskipun tak banyak orang tahu. Mungkin, mereka memang tak perlu tahu. Di sinilah saya. Melihat representasi humanis akan karya saya. Bangga sekaligus terharu! Terima kasih mereka.

tak ada kompor, maka tak ada mie

Cemburu. Bahkan, kata itu ada di imaji mental saja sudah terasa merinding. It was so silly! Rasa itu masuk dalam daftar salah satu rasa yang tidak bertujuan. Emang rasa punya tujuan? Ah, pertanyaan lain lagi itu, Kak. Sadar betul, cemburu dekat dan erat dengan rasa kepemilikan, meskipun saya belum berani bilang ada hubungan klausal antara mereka. Tapi, rasa itu seolah tidak bisa ditolak. Datang tanpa mau pergi, padahal tidak ingin sangat. Mencoba tenang untuk sekadar melakukan pembenaran, tapi tetep ada di situ; semacam ada spidol permanen di muka yang meskipun hati yakin tidak ada cemong, tapi buktinya tetap dilihat ada. Segala ketakutan atas kejadian yang tidak diketahui atau asumsi berlebihan yang entah mau atau tidak untuk ditemui kebenarannya menyelinap begitu saja. Muncul kayak tai yang mengambang di sungai entah dari pinggiran sebelah mana. Padahal, saya menolak dengan tegas konsep kepemilikan dalam relasi romantis. Membiarkan sepasang tetap menjadi subjek; tidak tenggelam dalam

aku adalah aku

Baru melihat video kiriman teman kampus. Langsung teringat pada masa itu. Ketika saya terlalu hobi untuk menikmati segala sesuatu yang kecil. Menghargai setiap kelambatan yang tercipta. Waktu adalah milik saya. Satu satuan waktu ketika eksistensi saya adalah hanya milik saya seorang, tanpa tengok kiri-kanan. Ketika aku begitu menjadi aku. Selesai sudah semua dunia lain. Dunia saya adalah dunia dalam pikiran. Kelabu, berangin, kering, tapi mampu cipta nyaman yang menghibur. ah, rindu! tapi, perasaanku sudah hinggap pada kisah kini.

tsunami dan dandelion

Kakak saya pernah bilang, keluarga itu seperti susunan kartu. Jika satu kartu jatuh, kartu lain pun tak bisa tegak berdiri sendiri. Namun, prinsip itu selalu terbukti salah. Setelah jatuh untuk kesekian kalinya, kami tak pernah diam begitu saja. Membiarkan diri kami jatuh terlalu lama. Keinginan kami untuk segera bangun lagi sambil mendorong kartu lain begitu besar. Dan, tak pernah sekali pun kami membiarkan salah satu kartu tetap terjatuh. Maka, saya tak setuju dengan prinsip itu. Kartu tak ada kemampuan untuk bangkit lagi. Sementara keluarga kami, tak berhenti bersikeras untuk mendirikan kartu-kartu itu lagi. Kami memulainya dengan sungut yang seolah tak berkehabisan. Tumpukan abu dan batang rokok memenuhi asbak. Jam sudah tak kami hiraukan. Kami harus mengelupas segala luka yang sudah mengering untuk menghilangkan bekasnya. Padahal, kami yakin bahwa bekas itu tak pernah hilang. Kami akan semakin tertarik dalam pusaran ini. Saya jadi ingat mimpi saya bertahun-tahun yang lalu; tak lam

Ode untuk BW

Gambar
Dear friends, Artikel tentang negeri ikan yang barusan terkirim menandai berakhirnya masa kerja saya. Jadi, mulai edisi depan, nama saya yang agak ganjil itu takkan lagi ada di halaman depan majalah. Itu adalah penggalan kalimat dalam email yang baru saja saya terima sore ini. Saya terima langsung dari Editor Senior saya di majalah. Email dari dia memang ditunggu-tunggu. Tapi, bukan soal itu. Lampirannya saja. Saya tertegun! Beberapa detik mata saya tak berkedip dan menatap kosong isi email itu. Saya sedih luar biasa. Memang, saya tidak seakrab itu. Ngobrol saja sangat jarang karena kami sama-sama hanya part-time di majalah itu. Tapi, saya sungguh merasa gundah. Dalam waktu dua bulan, saya belajar banyak dari dia. Meskipun tidak mendapat komentar banyak, tapi tulisan dia paling "bunyi". Kosakatanya kaya. Diksinya dipilih dengan baik-baik. Paham alur. Hebatnya, pikiran dia bisa diseimbangkan dengan kacamata pembaca. Tulisannya elegan. Penuh isi. Wawasannya luas. Idenya cemerla

pilihan

Cara orang untuk mengekspresikan kangen memang beragam. Saya mungkin termasuk salah satu yang menyebalkan. Kalau sedang dirundung rindu, semua ingin berjalan sesuai rencana. Tentu saja, semua belum tentu berbalas atau mungkin berbalas, tapi tidak seirama. Ujungnya malah menanam sungut. Biasanya, saya lebih memilih untuk langsung pulang dan tetap menghargai diri dengan bersantai. Jadi, malam ini, saya akan menghabiskan berkeping-keping film di kamar. Untungnya, hidup masih selalu ada pilihan.

tahta bahasa isyarat

Dia memang tidak bisa bicara banyak. Bahkan, dia sama sekali tidak bisa bicara. Tak pernah satu kali pun mengeluarkan suara atau bunyi-bunyian. Meskipun begitu, semua orang mencarinya, termasuk aku. Sebagian menyerahkan seluruh hidupnya demi meilikinya. Sebagian lagi tak kunjung berhasil mendapatkannya. Aku pun menghabiskan pagi sampai malamku untuk bertemu dengannya. Sering kali kudengar cerita tentangnya dari orang-orang di sekitarku. Betapa dia bisa membahagiakan banyak orang dengan sikapnya yang penuh kuasa. Sebagian lagi mengatakan dia tidak penting, banyak yang lebih penting di dunia itu. Aku? Hanya bisa termangu. Aku telah dibutakan untuk bertemu dengannya. Begitu banyak mimpiku yang digenggam erat olehnya. Dalam saat yang bersamaan, mimpiku pun membuatku semakin jauh darinya. Ia bagaikan bintang di langit luas yang cerah. Ada di mana-mana dan tak akan berhenti untuk ditunjuk satu-satu. Tak bisa pula ia menghitugn jumlahnya sendiri. Semakin diperhatikan, semakin pula ia memu

Bertahun-tahun Lalu

Gambar
Jonsi namanya. Aku sudah pernah jatuh cinta padanya bertahun-tahun lalu. Waktu itu, kusegera mengandaskannya. Banyak orang bilang ia membawa energi negatif untukku. Padahal, aku merasa begitu bersemangat ketika sedang duduk berdua dengannya. Kami begitu penuh dengan rasa. Saling mencari diam-diam jika tak bersama. Saling menatap tanpa ada kata-kata yang jelas maknanya. Mencuri dengar suaranya yang begitu khas dan sering kali diulang-ulang sendiri dalam kepala sampai tertidur pulas. Hari ini, aku mendengar suaranya. Ia menghampiriku dengan senyum yang tak pernah lebih manis. Senyum ia seperti biasanya. Ia tidak berbeda dengan bertahun-tahun lalu. Pakaian yang dikenakannya masih saja berbeda dengan orang-orang kebanyakan; kadang berlapis-lapis; kadang ada rumbai-rumbai. Dia berpakaian semaunya saja. Tak ada orang yang mematuhi norma umum tidak menolehkan wajahnya ketika berpapasan dengannya. Padahal, tanpa pakaian seperti itu, ia sudah terlihat berbeda. Sering kali ia meletakkan sehela