Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Tukang Kampanye

Dokter gigi adalah tukang kampanye strategis. Pemilihan kata tukang tentu saja semata menggunakan rasa bahasa. Ini pilihan dengan penuh kesadaran. Alih-alih menggunakan kata juru, kata tukang lebih sesuai dengan konteks untuk cerita ini. Dalam KBBI, juru diartikan sebagai ‘orang yang pandai dalam suatu pekerjaan yang memerlukan latihan, kecakapan, dan kecermatan (keterampilan).’ Padahal, dokter gigi dalam urusan kampanye hanya berurusan dengan hal yang biasa dilakukan dan itu lebih tepat menggunakan kata tukang ; sesuai dengan definisinya.* Jarum suntik anestesi di depan mata. Semakin dekat terlihat lebih besar. Ilusi optik. Artinya, semakin besar terlihatnya juga semakin besar rasa takut yang diakibatkannya. Masker terpasang untuk menutupi mulut sang pemegang suntikan. Itu bukan berarti omongannya tidak jelas terdengar, pun begitulah harapannya.   Ada jeda untuk menunggu anestesi itu berhasil hingga sebagian mulut kebal tanpa rasa. Untuk mengisinya, ia berkome

Jarak

Bagaimana saya mengucapkan selamat tinggal kepada Anda? Tanpa ini semua, saya dan Anda pun sudah berjarak. Ada rongga terselubung yang kita bungkam terus menganga. Ada rekat melekat yang kita bungkus dengan sengaja. Saya sudah mempersiapkannya dengan sematang mungkin. Memanggil Anda pada tengah malam untuk menghabiskan kali malam bersama. Kemudian, kita akan bicara tentang patung-patung yang mengangkasa. Juga tentang papan-papan yang merenggut jarak pandang kita. Beradu tentang sesat pikir yang karut-marut dan kemudian terjerembab di dalamnya. Termasuk tata cara menjadi orang asing di tengah keakraban yang sudah terlerai. Pun, ketika membicarakannya, kita terlupa: tiap malam adalah akhir. Saya dan Anda terlepas dari seberapa layak untuk mengakhiri ini. Dan, sama-sama sadar betul bahwa tak pernah kenal dengan awal. Akhir tak selalu disertai awal. Tapi, malam akhir nanti, saya dan Anda sudah berjarak. Jauh sekaligus dekat. Menjauh atau mendekat juga tidak menghila