Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Penjaga Rahasia

Penjaga rahasia. Sebutan itulah yang sering saya berikan ketika ditanya apa yang saya lakukan sehari-hari. Kerjanya menjaga rahasia orang demi mengamini keputusan-keputusan—yang seringnya tidak mudah bagi—orang lain. “Saya hanya beri tahu kamu. Saya sendirian. Tolong saya,” begitu mereka kerap menjelaskan duduk perkara atas nama hidup yang diyakini lebih baik, sebut saja keluarga bahagia, rumah tangga sentosa, karier berlanjut—tanpa harus melejit, kehidupan kembali seperti semula. Dan, saya tahu betul setiap orang pantas mendapatkan kehidupan yang layak. Tentu saja, bukan untuk saya, tetapi untuk kehidupan mereka. Persetan dengan hidup saya. Kepedulian, kata saya, adalah sesuatu yang membuat saya bertahan menjalani semuanya dalam diam. Tapi, apakah diam saya merupakan bagian dari kepedulian? Apakah diam saya justru melenakan saya dalam kehidupan yang aman-aman saja? Apakah dengan kepedulian, kemudian semua sudah selesai tanpa ada lagi yang perlu dilerai? Diam justru bisa jadi mela

tunawisma

meminta pulang agar bisa bersulang jiwa sudah berjurang sampai memberang segala yang besar jauh dari hambar kami didekap gentar, dikuntit ambyar pikiran adalah hantu di gang buntu ragu membatu, takut tak menentu rasa dianggap penyelamat terlambat menjadi sekat yang perlu dijerat diminta menguap hingga terlelap memang alap, apakah layak lenyap? menolak pulang hanya untuk bersulang terus menjerang sebelum habis perang