Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2008

secangkir caramel latte, sebotol bir

Secangkit caramel latte panas dan sepiring calamari. Mari ceritakan aku tentang pemikiran orang-orang terhebat zaman dulu. Aku juga siap mendengar celoteh opini yang tak terlintas dalam benak ini. Pembicaraan mengawang-awang dan penuh kiasan ini membentuk senyum dan tawa kecil yang menyeimbangi seruput caramel latte yang mulai menghangat. Sadarkah kau? Pembicaraan ini banyak menyimpan rahasia yang tak ingin diungkap. Banyak kiasan dan alih-alih pikiran orang yang kita luntarkan. Mencoba mengajak berpikir jernih, padahal hati ini sibuk menjernihkan apa yang dia bisikkan sejak semalam. Kemudian, kita sanggup pulang dan meredakan segala emosi beserta rasionalitas gegara obrolan tadi. Sebotol bir dan sebungkus rokok. Asbak itu sudah penuh dan lelah mendengar tawa riang kita. Lelucon yang tak lucu pun bisa jadi pemicu gelak tawa kita. Mencoba keluar dari humor yang normal. Merendahkan selera sekadar ingin tertawa lepas. Omongan filsuf tak laku di sini. Dianggap merusak keadaan dan memaksa b

cerita tentang sunat perempuan

Satu kakakku memilih pergi ke salah satu mal dengan keluarganya demi menyenangkan anak-anaknya yang sudah merengek sejak beberapa hari lalu. Sementara itu, keadaan rumah dipenuhi dengan dua kakakku yang lain beserta keluarganya. Aku sendiri duduk saja di bangku itu sambil membuka-buka buku agama yang hampir tidak pernah kusentuh. Kali ini, kuharus membukanya untuk mencari inspirasi membuat makalah tentang perempuan dan/dalam agama Islam. Keponakanku yang baru hampir 3 bulan ikut berkumpul bersama kami. Ikut berbicara dengan caranya sendiri seolah sudah mau bersosialisasi tanpa batasan umur. Aku menerima saja. Toh, dia mempunyai hak dan berusaha mengenali dunia yang baru saja dihuninya. Dia berjenis kelamin perempuan. Tambah satu lagi manusia di keluargaku yang harus dibela dan membela menghadapi dunia yang mendeskreditkan jenis kelamin kami. Semoga saja, pada saatnya nanti, dia sudah tidak mengalami kebobrokan masyarakat akan pemahaman kesetaraan dan keadilan gender. Tiba-tiba saja

diskusi pagi

Dia datang pagi itu. Tak ada beban pikiran untuk dikagumi. Dia hanya datang dengan siap. Siap dimengerti. Datang dengan santai saja. Baju putih rapi tapi dipakai sekenanya. Wajah pun tak terlalu serius, tak dimimik sedemikian rupa untuk menarik perhatian. Biasa saja. Sama sekali biasa. Biasa seperti yang lain. Aku datang juga pagi itu. Lebih awal bahkan. Memang, pagi itu sudah ditunggu. Aku ingin menyocokkan bayanganku dengan kenyataan. Segala konsep yang kubuat sendiri pelan-pelan luntur dan berkembang pada saat yang sama ketika melihat kenyataan pagi itu. Kuperhatikan satu per satu. Putihnya yang lusuh sampai mimik yang seadanya. Bukan ini konsepku, tapi ini adanya. Bisa lebih, bisa kurang. Kenyataan itu tak berhenti seperti konsep yang ada dalam kepalaku. Tidak pernah berhenti. Terus berkembang mengikuti cabangnya. Selalu dalam proses pembentukan, tidak pernah selesai. Sampailah aku dan dia menjadi kita dalam batas satu diskusi. Kita berdiskusi, walaupun dia tetap menjalankan peran

putih

Putih. Putih saja. Putih melulu. Putih sekali. Sedikit putih. Tetap saja putih. Berbagai macam gaya pun, ia tetap putih. Kali ini, coba dipadukan dengan macam-macam, masih saja putih. Ternyata, menjadi putih karena memang putih. Harus putih? Sudah putih, kok. Setiap waktu memang putih. Coba diubah sedikit demi sedikit, kenapa masih ada putih? Putih dianggap. Putih ada. Putih dibicarakan. Mendengarkan putih. Pakai putih. Iya, tapi putih masih mencari tahu putih itu apa. Apa putih adalah putih? Sebentar, saya periksa dulu. Putih adalah warna. Memang, pada akhirnya, putih tidak hanya sekadar warna. Banyak diinterprestasikan dengan sesuatu yang jauh dari warna; sesuatu yang tidak kasat mata. Putih jadi penuh misteri. Putih menjadi istilah untuk rasa, anggapan, pandangan, dan lambang. Putih bermakna. Makna putih. Putih selalu di-. Putih tidak pernah me-. Ada yang meninggikan putih, padahal putih masih sibuk mencari tahu apa itu putih. Putih tidak diberi gerak untuk mencari tahu putih. Putih