Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Sisir Tanah, Karya, dan Kipas

Gambar
  Kiri…. Kanan… Kiri…. Kanan… Kiri…. Kanan… Begitu saja kerjaku seharian ini. Semestinya bukan pakai saja ; ini tugas berat. Antibosan. Antipegal. Konsistensi. Demi menunda keringat mereka. Demi memutar asap rokok yang mereka kepul. Demi mengibas rambut mereka di panggung. “Tolong matiin kipasnya. Dingin.” Seorang laki-laki melontarkan kejujuran yang ditangkap sebagai lelucon. Di tengah lagu yang sedang ia nyanyikan. Ya ampun, Mas. Suwun , Mas. Jasamu besar, Mas. Mas siapa tadi? Maklum, aku tidak bisa melakukan dua hal dalam satu waktu yang sama. Aku tak bisa memperhatikan apa-apa yang terjadi ketika ngiri-nganan-ngiri-nganan-ngiri. Tuntas sudah tugasku, sekarang aku bisa melihat sekeliling. Bukan. Bukan sekeliling. Melihat lurus ke depan. Mas Danto, namanya. Sisir Tanah, sebutannya. Dia penyelamatku malam ini.  Foto: Dokumentasi Jaluardi (2017) Dia tidak melantunkan kebisingan, melainkan kelirihan. Suara gitarnya pelan. Suaranya ikut-ikutan.