efek bulan purnama

Entah ada apa, tapi suasana hati sedang tak berkehendak yang bagus. Selalu dalam situasi yang lebih mendukung untuk berbuat semaunya. Setelah beberapa bulan hilang, keadaan ini muncul lagi bulan ini. Akhirnya, saya memutuskan untuk menjauhi keramaian dan tidak berkomunikasi panjang dengan orang lain.

Malam itu, saya hanya butuh ditemani dengan jumlah yang minimal sekali. Pilihan masih jatuh pada sahabat lama yang mulai berangsur. Dengan sekenanya, dia justru tahu bagaimana harus menyikapi. Tidak berlebihan dan mungkin memang tidak berkekurangan seperti akhir-akhir ini. Hanya saja, kali ini, saya rela mengikuti cara dia. Masuk ke dunianya.

Satu perjalanan singkat yang berputar. Satu linting yang dibagi dua. Diakhiri dua kaleng bir yang dihabiskan di rumahnya. Tak ada pembicaraan mendalam. Tak ada tawa meledak. Hanya ada. Kemudian, kami sama-sama melanjutkan dunia kami. Dia dengan pekerjaannya dan saya dengan buku saya.

Setelah itu, saya pulang dan berusaha melepas segala harapan agar tak ada kecewa tersisa malam itu. Semoga esok paginya saya bisa kembali normal. Mungkin, pada saat terbawah, saya hanya butuh orang untuk ada. Ada dengan caranya. Tak perlu berbagi dan tak perlu ada kata tepat. Hanya untuk membunuh waktu yang menjerat.

Komentar