satu, dua, tiga

Semua begitu berbeda. Seolah-olah berjalan menjauhiku. Aku pun memilih untuk diam. Sekadar ingin melihat tanggapan dari yang lain. Ingin dianggap, sesungguhnya. Tetapi, mereka malah berjalan berhamburan. Atau, aku saja yang malah bersembunyi?

Satu, dua, tiga. Mungkin, memang tempatku di taman belakang dengan secangkir kopi. Sayang sekali, alam bilang, dua perlu disesuaikan, sementara lebih daru dua terlalu banyak. Aku bilang, satu pun harus berpuas diri.

(rindu kalian yang tak pernah mencari)

Komentar