kelam
Ada yang salah. Ya, aku yakin ini ada yang kurang benar, walaupun seolah-olah semua begitu tepat. Rasanya, biar kuhukum diri ini sendiri. Menampar wajah sendiri untuk sadar tentang segala yang ada dan berlalu.
Apa semua terlalu sibuk dengan tiap hidupnya? Hingga terlalu lupa, bahkan enggan, untuk menoleh. Atau, tidak menutup kemungkinan, aku saja yang atas dasar dan keinginanku kurang mengawasi sebelah dan seberang.
Kembali saja ke kelam. Nikmat kesendirian yang memudar biar didera lagi. Tak perlulah untuk menuntut kebahagiaan dengan tolak ukur diri ini. Mereka hanya menilai dari kacamata mereka sendiri yang bila dilepas akan samar penglihatannya.
Pada saatnya nanti, tak lama lagi, akan kuhabiskan kata dan diam dengan orang yang lama tak hadir. Mengharapkan segala penilaian lebih netral dan berlaku seadanya saja. Ah, ini apa di mana? Kapan ke mana? Dalam temaramnya, kucari tiap cerah melalui gelap. Sekian.
Apa semua terlalu sibuk dengan tiap hidupnya? Hingga terlalu lupa, bahkan enggan, untuk menoleh. Atau, tidak menutup kemungkinan, aku saja yang atas dasar dan keinginanku kurang mengawasi sebelah dan seberang.
Kembali saja ke kelam. Nikmat kesendirian yang memudar biar didera lagi. Tak perlulah untuk menuntut kebahagiaan dengan tolak ukur diri ini. Mereka hanya menilai dari kacamata mereka sendiri yang bila dilepas akan samar penglihatannya.
Pada saatnya nanti, tak lama lagi, akan kuhabiskan kata dan diam dengan orang yang lama tak hadir. Mengharapkan segala penilaian lebih netral dan berlaku seadanya saja. Ah, ini apa di mana? Kapan ke mana? Dalam temaramnya, kucari tiap cerah melalui gelap. Sekian.
Komentar
Posting Komentar