Kenal

Hari ini, saya mengajar tentang tahu dan kenal. Kemudian, saya sadar bahwa dua belas bulan terakhir, saya banyak kenal: kenal mimpi, kenal hati, kenal positif, kenal pertemanan, kenal orang, dan kenal diri sendiri.

Saya kenal orang-orang yang punya mimpi dan menggunakan hatinya. Dengan begitu, mereka punya energi positif yang begitu besar ketika menceritakan mimpinya. Tentu saja, hal itu berpengaruh pada diri saya.

Ketika bicara soal mimpi, pasti bicara juga soal harapan. Pastinya, masih banyak orang yang takut berharap, mungkin juga diri saya sendiri. Namun, harapan sering kali menjadi satu-satunya jalan untuk menemukan jalan keluar. Kenapa kita merasa harus keluar? Keluar cenderung didekatkan dengan arti kepuasan, kelegaan, dan kebebasan. Padahal, sebenarnya, mereka hanya mencari “dalam”, ingin berada di dalam kenyamanan; bukan justru keluar dari wilayah kenyamanannya. Nyaman sering kali justru jadi belenggu untuk kita mengeksplorasi diri kita sendiri.

Banyak juga orang yang masih membedakan antara otak dan hati. Padahal, kata seseorang, otak dan hati terletak di tempat yang sama, cuma kita saja yang membedakannya. Hati itu sebenarnya sering kali sejalan dengan otak. Ia selalu menyertai dalam tiap tindak kita sembari mengisi lubang-lubang yang terlewati hingga masih hampa. Masih banyak lagi lubang yang belum terisi dan sepanjang hidup mencari isinya. Mungkin saja memang seharusnya tidak terisi untuk menyeimbangkannya.

Terlalu banyak kemungkinan dalam hidup ini. Akan tetapi, kemungkinan negatif selalu lebih cepat muncul daripada kemungkinan positif. Yang jelas, saya percaya bahwa kemungkinan positif lebih membuka ruang-ruang yang terlihat tertutup. Tidak hanya itu, kemungkinan positif juga cepat tertular kepada sekeliling kita.

Sekeliling kita tidak lebih dari pertemanan dan keluarga. Mereka memberi makna yang lebih atas apa yang kita lakoni. Kalau mau menyambung sebelumnya, merekalah yang justru membantu menutup kemungkinan negatif. Mereka yang membantu melepaskan kita sekaligus menarik erat.

Ini semua hanya omong kosong tentang saya. Saya tidak mau berhenti untuk mengenal. Dari situlah saya bisa percaya. Saya bisa yakin. Apa lagi modal kita selain itu?

Komentar

  1. nicee!!! as well as nice for the chance untuk kenal dan tahu dirimu pendekarku x))

    BalasHapus

Posting Komentar