Makan Optimisme, Kenyang Semu



Tidak perlu menunggu lima tahun mendatang. Dalam kurun waktu dua minggu, optimisme saya dipertaruhkan sudah. Beberapa pandangan tertanyakan kembali.

Baru saja sorenya seorang teman dekat mengirimkan pesan. “Belakangan ini, benar-benar peragu.” Saya balas spontan, “Ragu itu bagus; awal dari yakin. Bahkan, bisa jadi lebih yakin daripada orang yang tidak pernah ragu.” Malamnya, saya teryakinkan akan suatu pernyataan yang hanya saya anggap angin lalu beberapa tempo lalu. Jelas, bukan kabar baik. Saya kira itu lebih mudah ketika sudah dibagi dan dibicarakan dengan orang lain sebelumnya, tetapi ternyata rasa memang tak bisa diprediksi.

Menanggapi kekalutan saya, teman dekat saya menyanggupi ketersediaan kupingnya. Tanggapannya? Ia mengatakan bahwa ini adalah cara untuk mengetahui alasan kepercayaan saya atas optimisme yang sebenarnya. Apakah saya percaya karena benar saya percaya?

Malam itu juga, saya meyakinkan teman baik saya itu bahwa saya pasti baik-baik saja dalam waktu dekat, begitu dekat. Bahkan, banyak orang dan juga banyak hal akan baik-baik saja. Sepulangnya, saya lebih yakin bahwa itu semua sebenarnya untuk meyakinkan diri saya sendiri. Dan, saya tahu betul teman dekat saya memang sudah tahu itu semalaman.

Bukan berarti itu tidak mengacaukan banyak hal karena memang demikian. Tapi, yang terpaling adalah terkacaukanlah kepercayaan dari sedikit yang ada. Tak pernah mudah untuk percaya, bukan? Dan, Mungkin, ini hanyalah kekecewaan yang perlu dibungkus sedemikian rupa agar tampak lebih elegan. Mungkin juga, saya memang jadi mempertanyakan kepercayaan lagi.

Lepas dari itu semua, ketika berbagi dengan teman dekat saya itu, saya membayangkan dia akan tertawa—setidaknya dalam hatinya—dan siap sedia mengatakan, “apa saya bilang tentang optimisme dan realitas?” dilengkapi senyum penuh kemenangan akan pengalaman. Bahkan, jika keadaan saya terlihat lebih baik dari malam itu, saya yakin dia akan tertawa sembari menepuk-nepuk pundak saya dan berkata, “Selamat datang.” Namun, malam itu, ia seolah hanya mewajarkan keadaan saya.


Komentar