Jalan Mampang

Sepanjang perjalanan tadi aku membuat surat untuk orang-orang yang hampir sebagian besar sehidupku bersamaku. Kemudian, aku bacakan pada lampu jalan ditemani kemacetan malam. Kubaca tiap katanya dengan sungguh. Maknanya kuisi dengan kemampuan ingatan sehidupku. Jalan panjang Mampang menjadi pendengar yang baik malam itu. Lampu merah-lampu merah pun hanya bisa memberikan sinarnya pada mataku yang mulai kalah menahan isakan. Aku terisak-isak di dalam sana. Napas pun susah untuk dihembus atau pun dikeluarkan.

Marka jalan mengiyakan ketika kukatakan mereka masih menjadi yang terpaling.

6 april 2006

Komentar