Surat untuk Mereka

Buat: Mama dan Papa

Berpuluh tahun sudah kau menipuku. Berusaha menutup panggung kehidupan dengan layar kau ciptakan. Layar pengganti. Kau tutup kejamnya hidup dengan kelembutan yang menyelimut. Kau samarkan beratnya hidup dengan sejuta perhatian. Kau buka kehangatan agar dinginnya kehidupan tak terasa. Kau rahasiakan itu semua selama berpuluh tahun. Hingga saatnya kehidupan mulai memaksakan kehadirannya. Bahkan, kau suka menipu diri sendiri, bukan? Mengajarkan berani padaku padahal berani itu terasa berat kadang dan kau tak mau aku menopang itu. Mengajarkan sendiri padaku padahal sendiri itu terlalu banyak menyita air mata.
Aku rasa sudah cukup, Ma, Pa. Aku sudah terlalu kerasan tinggal di dunia yang penuh dengan asumsi yang kau ciptakan. Namun, pada akhirnya aku berdiri di sini. Sudah beberapa tahun ini aku mengintip kehidupan dari belakang jendela ini. Pintu itu sudah terbuka. Aku mulai menginjak kehidupan. Bukan karena aku tak betah di dunia itu, melainkan memang sudah seharusnya aku berada di luar sini. Semoga saja bekal yang pernah kau berikan cukup untuk menahan sakitnya hidup. Cukup untuk menahan derai air mata yang akan mengalir.
Maaf. Tapi aku sudah ada di sini. Di luar. Dingin. Menusuk. Sepi. Berani dan menanggung akibatnya. Sendiri dan menjalani yang seharusnya. Aku memang harus merasakan apa yang telah kalian rasakan.
Maaf. Aku harus menipu juga. Berpura-pura masih ada di dunia yang kau ciptakan agar kau tetap merasa aman. Berpura-pura masih bisa bersenang-senang. Berpura-pura masih bisa berada di tengah keramaian. Berpura-pura tidak berjuang dengan peluh dan air mata di luar sini. Berpura-pura masih merasa hangat.
Maaf. Entah saat terlalu cepat. Terlambat. Atau datang tepat waktu.
Tapi aku berusaha berani. Tapi aku berusaha sendiri.

9 april 2006

Komentar