mata|hari

mata|hari adalah pameran karya-karya anak desain komunikasi visual Universitas Pelita Harapan. Tiga ruang di Galeri Nasional ini menjadi tempat karya-karya yang menawarkan banyak rasa. Secara subjektif, perjalanan dalam tiga ruangan ini menyajikanm identitas dari masing-masing kreatornya yang ditunjukkan melalui cara dan media yang berbeda-beda. Ternyata, manusia yang mempunyai pemikiran berbeda-beda mempunyai pengalaman yang sama. Karya-karya mereka menunjukkan persamaan rasa yang pernah dialami oleh pengunjung, setidaknya saya.
Di ruangan pertama, terdapat bentukan tubuh manusia yang kepalanya diganti oleh televisi berukuran 14 inch. Televisi itu menampilkan wajah dari tubuh di bawahnya dan mengekspresikan apa yang terjadi di dalam kepala atau pikirannya. Kepala yang terlihat berada di dalam sebuah kotak sebagai batasan dan terbentur-bentur menandakan kerumitan hidup. Manusia mengalami kepenatan dalam hidupnya walaupun dengan alasan yang berbeda-beda.
Masih di dalam ruangan yang sama, mainan anak-anak untuk melatih kreativitasnya dijadikan sebagai inspirasi bagi salah satu kreatornya. LEGO yang berciri khas ditulis dengan warna latar merah disajikan kembali hampir sama namun dengan tulisan EGO. Manusia yang masing-masing memili ego dan kadang sulit untuk mengkompromikannya dengan manusia lain menjadi konflik yang sama dari tahun ke tahun dan sudah dimulai sejak kecil. Bahkan, ketika bermain atau bersenang-senang, ego itu masih ada.
Di ruangan kedua, terdapat permainan yang bertajuk "Salah siapa?". Papan-papan di lantai yang bertuliskan peran-peran manusia dalam kehidupan, seperti orangtua, adik, kakak, pacar, direktur, dan lain-lain, dilengkapi dengan kayu-kayu seperti tiang kecil yang menjulang ke atas. Di sebelahnya disediakan selang-selang yang sudah dijadikan lingkaran kecil dan siap untuk dilemparkan dari jarak tertentu. Banyak manusia lain yang berperan terhadap eksistensi kita sebagai manusia. Kadang, kegagalan pun menjadikan kita menyalahkan peran-peran manusia lain sebagai bagian dari self-defense mecanism kita sebagai manusia.
Tema hampir serupa ditampilkan pada karya yang ada di ruangan yang sama. Pintu yang terletak diujung ruangan dan dilengkapi dengan lubang untuk melihat siapa yang ada di luar atau di dalam--pada pintu rumah biasanya digunakan untuk melihat siapa yang ada di luar namun pintu ini untuk melihat siapa yang ada di dalam. Ketika dicoba melihat melalui lubang kecil pada pintu itu, yang terlihat adalah si pelihat sendiri yang sedang melihat lubang itu. Ternyata, pintu itu dilengkapi oleh kamera dari atas belakang dan ditampilkan pada televisi yang terlihat langsung apabila kita melihat melalui lubang kecil itu. Manusia selalu melihat melalui kaca matanya sendiri, berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Walaupun penilaian secara objektif juga mungkin terjadi, hal itu cenderung sebagai proses kelanjutan dari pemisahan penilaian subjektif sebelumnya.
Salah satu karya lagi yang terdapat di ruangan kedua ini adalah "ruang cumbu". Karya ini menunjukkan adanya pergeseran makna cumbu. Banyak orang yang menggunakan kosa kata yang sebenarnya tidak mengetahui dengan pasti makna yang diwakili oleh kata itu. Kreator membuat suatu tempat khusus untuk orang-orang dengan kebutuhan pribadinya. Mencoba menyajikan sekat-sekat privasi dalam lingkungan publik. Selain itu, skema-skema atau pikiran publik malah dijadikan sebagai media penyampaiannya.
Ruang selanjutnya yang menjadi ujung ruangan menampilkan serangkaian foto-foto. Foto-foto tersebut memuat anak-anak kecil. Satu anak dimuat pada satu bidang dan terdapat serangkaian bidang. Foto-foto itu menarik pengunjung untuk kembali bernostalgia. Memang, kejadian semasa kecil sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang semasa dewasanya.
Itu hanyalah beberapa karya yang terdapat di mata|hari. Penat, sedih, haru, trauma, bahagia, nostalgia adalah perasaan-perasaan yang dirasa ketika keluar dari ruang pameran mata|hari ini. Rasanya ramai. Dan satu hal lagi, ternyata masih banyak juga generasi muda yang berbakat dan berani ada sebagai adanya. Salut untuk mereka yang berani membuka masa kelam melalui karya atau bahkan mengakui dirinya sebagai adanya. Karya adalah ciptaan tak terbatas.

Komentar