mereka benar
Mereka benar. Sudah berkali-kali kusanggah. Bahkan, kurela menepis segala aku dalam diri ini hanya karena tidak rela bahwa mereka benar. Tak segan juga aku bertanya padanya untuk meyakinkan bukan kita yang salah.
Tapi, ternyata mereka benar. Bukan karena omongan mereka yang selalu mengganggu keseharian kita. Bukan juga rasa bersalah kita pada rasa sakit hati depan orang-orang. Bukan padamu. Bukan padaku. Salah itu begitu saja menyublim dan tak terekam jejaknya sehingga tidak dapat dikatakan kesalahan. Ini hanyalah sesuatu yang tidak benar, tapi bukan kesalahan.
Bukan rasa kita yang pudar, sungguh kita yakin ini besar. Memang, kita tidak tahu ini kurang atau lebih karena perbandingan itu tabu untuk sesuatu yang tidak terukur secara kasat mata. Tapi, ini pun tidak benar. Dan, sekali tidak benar, ketidakbenaran lain pun akan muncul perlahan-lahan.
Mereka bilang memori bukan sesuatu yang bisa dipersalahkan. Aku sudah bilang pula, ini bukan sesuatu yang salah, hanya tidak benar. Kuulangi sekali lagi, tidak benar. Memori itu sudah merusuk, tertinggal di bagian tulang yang paling dalam karena terlalu lama. Sementara, aku hanya bisa menari-nari di antara darah yang terus berputar. Ada di mana-mana memang, tapi tidak berdiam di dalam tulang dan tak bisa keluar.
Buat sebagian, itu pun sudah lebih dari cukup. Tidak buatku. Aku tak mau menjadi bagian dari apa pun. Aku ingin bagianku sendiri.
Tapi, ternyata mereka benar. Bukan karena omongan mereka yang selalu mengganggu keseharian kita. Bukan juga rasa bersalah kita pada rasa sakit hati depan orang-orang. Bukan padamu. Bukan padaku. Salah itu begitu saja menyublim dan tak terekam jejaknya sehingga tidak dapat dikatakan kesalahan. Ini hanyalah sesuatu yang tidak benar, tapi bukan kesalahan.
Bukan rasa kita yang pudar, sungguh kita yakin ini besar. Memang, kita tidak tahu ini kurang atau lebih karena perbandingan itu tabu untuk sesuatu yang tidak terukur secara kasat mata. Tapi, ini pun tidak benar. Dan, sekali tidak benar, ketidakbenaran lain pun akan muncul perlahan-lahan.
Mereka bilang memori bukan sesuatu yang bisa dipersalahkan. Aku sudah bilang pula, ini bukan sesuatu yang salah, hanya tidak benar. Kuulangi sekali lagi, tidak benar. Memori itu sudah merusuk, tertinggal di bagian tulang yang paling dalam karena terlalu lama. Sementara, aku hanya bisa menari-nari di antara darah yang terus berputar. Ada di mana-mana memang, tapi tidak berdiam di dalam tulang dan tak bisa keluar.
Buat sebagian, itu pun sudah lebih dari cukup. Tidak buatku. Aku tak mau menjadi bagian dari apa pun. Aku ingin bagianku sendiri.
Komentar
Posting Komentar