pulang

Kami duduk berdua. Sesekali, ia merangkulkan tangannya di pundakku. Atau, mengelus halus punggungku. 
Sambil tersenyum, diceritakannya keresahannya akan kesehariannya. Hari-harinya berubah. Pengulangan atas proses hidup setelah berpuluh tahun. Tanpa penyangkalan, ia berpandang menerawang. 
Hidupnya tak semudah yang dilihat orang-orang. 
Namun, ketegarannya selalu dirasakan. 
Jika rindu, ia tak pernah bilang. Hanya kirim foto dan sepatah-dua patah kata yang hampir tak pernah basi.
Hanya itu alasan aku pulang.

Komentar