41 Sumringah yang Manis

Itu adalah senyum tersumringah pada suatu pagi yang biasa saja. Melihatnya, aku tersenyum manis. Setidaknya, aku merasa manis karena kecurigaan yang baik. Senyumku berbalas tawa. Tawanya justru jauh lebih manis.

Aku memilih duduk di sebelahnya tanpa ingin mengajukan pertanyaan. Meskipin demikian, bukan berarti aku tidak penasaran. Mungkin saja, iriku yang baik lebih besar daripada rasa penasaran. Ingin benar memiliki senyum sesumringah itu dan juga tawa semanis itu. Dengan duduk di sebelahnya, siapa tahu saja manisnya bisa tertular.

Jelang sekian diam yang tidak canggung itu, dia ucap bisik-bisik. Malu-malu tapi tidak ragu-ragu. Setelah kudekatkan telingaku, ia mengulang ucapannya. Masih sambil terlalu manis. "Aku merasa disayang. Sungguh." Setelahnya, ia tersenyum lebih sumringah dari sebelumnya. Aku balas dnegan senyum juga. Semanis yang aku merasa.

Aku tahu benar bahwa ialah yang sedang mencintai dengan sungguh-sungguh. Seringnya memang demikian. Orang yang mencintai betul berdampak merasa dicintai. Sedemikian cintanya menyerupai apa yang diberikan. Sedemikian tulusnya hingga terpantul kembali kepada pemberi. Dan, pastinya, orang yang mencintai memiliki senyum terseumringah dan tawa termanis.

Komentar