Perjalanan Kereta



Suatu Jumat nanti, kita tetiba ingin mengasingkan diri. Pergi jauh dari segala ketidakpastian dan semakin membuatnya menjadi semakin tidak pasti. Dengan modal nyali dan memaksakan berani, kita akan bergegas bertemu di stasiun. Memilih jurusan apa pun yang ada tanpa pemikiran berulang kali seperti yang sering kali kita lakukan.

Berada di dalam kereta dengan pemandangan kota dan pohon yang berlaluan siapa tahu akan menghibur kita. Banyak bicara tentang segala kemungkinan dalam hidup ini, juga tentang kejadian yang berlalu. Diam menyelip tidak sebentar tanpa pernah membuat kita menyangsikan perjalanan itu.

Perjalanan yang makan waktu lebih dari empat jam itu tentu akan melenakan kantuk. Kita akan sama-sama mengandalkan bahu di sebelah tanpa tersedak maksud. Kemudian, mendapatkan dengkur ketika terbangun. Atau, bisa jadi yang tak kalah manis, kita mendapatkan senyum dan tatapan-sudah-bangun-kamu?.

Sesampainya di kota lain yang antah-berantah itu, kita akan menyambung kenangan. Salah satu di antara kita bisa jadi lebih senang menimbun ingatan. Berjalan di trotoar sembari menerka arah dan tujuan. Sesekali, kita bergandengan hanya atas nama keamanan. Tak peduli nyaman mendekam atau tidak.

Sebelum beranjak lebih jauh, kita akan memutuskan berhenti di satu warung kopi untuk menyeruput yang panas-panas. Berbincang sedikit dengan orang lain di warung itu sambil menyantap satu atau dua pisang goreng yang sudah dingin. Kemudian, melanjutkan pembicaraan yang tak tentu arah.

Esoknya, kita bergegas lagi dengan lebih pelan. Menikmati tiap tempat yang dilalui sembari mengantarkan segala kejadian untuk kita kenang sepulangnya nanti. Sampailah kita pada hari kesekian, pulang menjadi keharusan yang harus dilakukan. Bisa jadi, itu bukan pulang, justru pergi ke kota asal kita. Siapa tahu beberapa hari terakhir itu, kita sedang merasa pulang.

Sesampainya di stasiun itu, kita masih saja merasa kurang. Waktu memang berjalan terlalu cepat bagi penikmat. Kita pun akan mengantarkan pulang salah satu di antara kita tanpa perlu lagi memainkan cara. Selesai sudah perjalanan kita yang penuh dengan kejutan terduga. Meskipun begitu, ketidakpastian tentu saja belum selesai. Kita mulai lagi menghadapi keterasingan di kota yang menuntut kecepatan. Kita ini lambat karena keinginan, tak ada harus.

Di antara lelap selepas perjalanan, kita sama-sama tahu akan rasa yang membekas. Dan, kota antah-berantah itu akan menjadi satu ingatan terkenang. Setidaknya, perjalanan kita nanti manis.

*gambar diambil dari http://yceran.org/gallery/full-image.qf?image=inside%20a%20train%20window%202

Komentar