Rindu #2


Kapan terakhir kali merindukan orang sedemikian rupa? Rindu yang begitu getir. 

Sehari-hari seakan dikelilingi oleh keberadaannya yang antah-berantah. Segala cerita orang berakhir dengan namanya. Melihat orang lain seakan serupa dengan orang yang dirindukan. Melihat foto orang lain di kota sekian puluh kilometer dari Jakarta, tiba-tiba termaktub sosoknya di sana yang pasti tanpa sengaja juga. Berkenalan dengan orang bernama satu tokoh yang sering disebutnya. Sejauh pandangan, ada saja hal yang kerap dihubung-hubungkan kepadanya: film, lagu, buku, nama orang, kota, hobi, pekerjaan, daerah tempat tinggal, nama kedai kopi, nama restoran, baju, jaket, sepatu, meja, bangunan, kursi, lemari. Seolah tak bisa lari dari sosoknya yang dengan seenaknya saja ada di mana-mana tanpa memedulikan rindu yang sudah tertimbun diam-diam. 

Terkungkung. Sialan. Lebih sialan lagi, begitu rela untuk dikelilingi bayangannya. Apalagi, dengan penuh kesadaran.

Harumnya saja diingat benar. Suaranya yang begitu datar dengan nada khas pertanyaannya apalagi. Tawa renyahnya dalam ketragisan hidup terulang-ulang terus. Siasatnya dalam bertahan hidup yang dikemas dengan cara sederhana masih terbayang dalam remang malam. Dan, tentu saja, senyumnya setiap awal perjumpaan.

Sering kali pertanyaan lain terbersit. Apa rasanya tidak dirindukan sedemikian rupa?

Pertanyaan lainnya adalah seberapa rindu untuk merasakan rindu sedemikian rupa?

Komentar