Berakhir Sudah Kesepianmu, Bapak Tua Sapardi Djoko Damono

"Sapardi meninggal," saya mengguncang-guncang kekasih saya yang masih mengorok. Ini kebiasaan saya setiap pagi menjelang siang. Beritanya bisa apa saja, mulai dari berita kali sudah berak pagi itu sampai kebingungan mau pesan makan apa siang itu. "Kamu sedih?" dengan suara parau. "Nggak, kesepiannya sudah berakhir, dia sudah menyiapkannya," jawaban asal. Jika seseorang begitu sering membayangkan sesuatu, apakah ia memang mempersiapkannya? Ah, mungkin tidak juga. Mungkin juga terlalu gegabah untuk menjawab pertanyaan itu dengan mengatasnamakan orang lain. Apalagi untuk Si Bapak Tua yang satu ini. Terlepas dari kematian merupakan obsesinya atau bukan, ia sudah membayangkan kematian sejak lama. Di dunianya. Puisi adalah dunianya. Begitu lah ia ingin dikenang, katanya dalam wawancara yang pernah saya baca entah di mana. Ini contoh tidak baik untuk argumen kuat; sumber tidak jelas. Di dalam dunianya itu, ia begitu akrab dengan kematian. Ia p...