Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2011

tsunami dan dandelion

Kakak saya pernah bilang, keluarga itu seperti susunan kartu. Jika satu kartu jatuh, kartu lain pun tak bisa tegak berdiri sendiri. Namun, prinsip itu selalu terbukti salah. Setelah jatuh untuk kesekian kalinya, kami tak pernah diam begitu saja. Membiarkan diri kami jatuh terlalu lama. Keinginan kami untuk segera bangun lagi sambil mendorong kartu lain begitu besar. Dan, tak pernah sekali pun kami membiarkan salah satu kartu tetap terjatuh. Maka, saya tak setuju dengan prinsip itu. Kartu tak ada kemampuan untuk bangkit lagi. Sementara keluarga kami, tak berhenti bersikeras untuk mendirikan kartu-kartu itu lagi. Kami memulainya dengan sungut yang seolah tak berkehabisan. Tumpukan abu dan batang rokok memenuhi asbak. Jam sudah tak kami hiraukan. Kami harus mengelupas segala luka yang sudah mengering untuk menghilangkan bekasnya. Padahal, kami yakin bahwa bekas itu tak pernah hilang. Kami akan semakin tertarik dalam pusaran ini. Saya jadi ingat mimpi saya bertahun-tahun yang lalu; tak lam...