Bersinau-sinau




Momen berkesan dalam hidup manusia tidak akan lenyap begitu saja. Tanpa disadari, manusia meninggalkan sesap dalam setiap langkahnya. Diberi tanda satu per satu untuk dikenali kembali ketika menapakinya.

Semua hal yang pernah ada dalam hidup manusia dengan sendirinya mencantumkan label-label yang tidak kasatmata. Tak perlu kejadian hebat atau orang yang signifikan dalam hidup. Kesederhanaan ternyata juga memegang peranan penting dalam kesan hidup manusia. Tempat, lagu, cerita, sepatu, tas, kaus, nomor, suara, aroma, sentuhan, orang, minuman, makanan. Tanpa terkecuali.

Satu contoh ringan, lagu tertentu selalu didengarkan pada perjalanan panjang. Setiap mendengar lagu itu, imaji di depan mata tidak bisa dihentikan menelusuri ingatan yang menjadi kisahnya. Lagu itu menjadi latar belakang. Jalanan kosong di depan. Pohon-pohon berlarian. Lampu-lampu mobil dari arah yang berlainan menyilaukan mata.

Ketika lain, aroma tertentu. Aroma itu dulu berasal dari seseorang yang selalu makan siang bersama. Bercampur aroma keringat, aroma itu menenggelamkan pada kisah-kisah lucu yang dulu selalu berkesan.

Kali lain, suatu tempat terlewati. Ingatan akan tawa kecil yang tertinggal di sana datang lagi. Menggelayutkan perasaan yang sudah lama tak pernah dirasa-rasa.

Segala hal itu bersinau-sinau ketika dilalui kembali. Menggoda mata untuk meliriknya; memanggil-manggil dengan halus sesap memori yang ditinggalkan beberapa saat lalu. Kemudian, berulanglah kejadian kecil yang pernah dilalui. Mengundang senyum simpul yang malu-malu untuk diutarakan. Tak bosan juga, perih yang seharusnya sudah tersimpan rapi serasa diobrak-abrik tanpa hitungan waktu. Bekas itu masih ada ternyata.

Memori kita selayaknya lemari dengan kunci. Tersimpan rapi dan begitu teratur berdasarkan klasifikasinya. Dan, tiap segala hal tadi justru memegang kuncinya dan membuka secara otomatis ketika kita melaluinya kembali.

Saya jadi ingat. Anjing selalu buang air kecil untuk meninggalkan jejaknya agar bisa kembali pulang. Apakah label-label itu membuat kita kembali pulang juga? Pulang ke mana, Ya Gusti?

*gambar diambil dari http://weheartit.com/entry/8739434


Komentar