Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

Kain Renta

Ini malam sudah di tengah-tengah, menjelang pagi bahkan. Gelap berkawan sudah dengan gulita. Remang-remang, dengan cahaya kuning tak seberapa, lampu di atas meja makan itu menyala. Seseorang duduk di bawahnya, dikelilingi pendaran sinar menguning. Sepi sudah menjadi sunyi, tak henti-henti sedari tadi. Bila makin dekat, makin jelas pula wajahnya menunduk. Beberapa langkah mendekat, tak salah kemudian. Ia sedang menyatukan dua kain renta yang sudah menguning. Entah karena cahaya; entah juga karena usia. Disambungnya perlahan-lahan dengan benang yang dimasukkan dalam jarum. Tangannya bergemetaran, tak mudah melihatnya menusukkan jarum-jarum itu. Kain itu kebasahan. Di tangannya, juga ada setetes air. Ia menangis tanpa suara; tanpa berhenti pula, terus menusuk jarum. Aku bertanya berbisik, takut mengusik sepi. Jawabannya lirih tanpa lupa tersenyum, pun air matanya masih juga mengalir. “Tuk menyatukan, memang butuh tusukan berulang kali yang tak terbayang sakitnya. Tapi, toh, k...

Mengorek Arti

Teman dekat saya pernah bilang, perbedaan dipercaya atau tidak dipedulikan itu terlalu tipis. Pun saya sudah tahu itu sejak lama, kalimat itu mengingatkan saya kembali. Dalam beberapa situasi, paham juga setipis tak berarti. Tapi, apakah arti perlu dikorek sedemikian rupa untuk menjadi ada?