Dunia Pembangunan bagi Orang yang Tidak Lihai Bicara
Perempuan berambut kecokelatan ini perlu makan waktu lebih dari 20 jam untuk sampai di Jakarta. Jauh-jauh terbang dari New York, ia datang di ruang rapat berukuran kurang lebih empat kali enam meter untuk menjelaskan penelitian yang sedang diusungnya. Selepas penjelasannya, orang-orang pilihan yang ada di dalam ruang itu menimpalinya dengan masukan dan komentar. Saat itu lah, ia berbisik kepada saya, “ Speak up .” Dunia pembangunan ini mungkin memang bukan tempat nyaman bagi orang-orang yang tidak punya kelihaian berbicara. Di aksi Kamisan, orang-orang bergantian memegang mic atau toa. Di Bundaran HI, orang-orang naik ke atas mobil atau panggung. Di depan Gedung KPK atau Gedung DPR, mereka berteriak lantang. Mereka menyuarakan keadlian dengan urat di lehernya yang mengeras. Saya beberapa kali hanya memegang poster atau membagikan selebaran kepada orang yang berlalu-lalang. Lebih sering, saya hanya hadir. Ada. Suatu kali, di salah satu aksi, orang-orang setengah dipaksa...