Ditutup Air Mata
Dia adalah pencerita yang baik. Kejadian dalam hidupnya seakan layak diceritakan. Tanpa alur yang begitu sistematis, hanya mengandalkan sebotol bir, ia bisa bercerita tentang masa kecilnya. Sore-sore, kerjanya menunggu di teras mungil. Persetan dengan anak-anak main gundu atau masak-masakan. Ia menunggu bapaknya. Menyambut Bapaknya seperti sudah tidak bertemu mingguan. Setiap hari. Selayaknya seorang bapak yang berjaya pada Orde Baru, Bapaknya selalu pulang membawa koran. Bapaknya tahu anaknya suka baca. Bapaknya tahu tak bisa membelikan buku. Koran di kantornya dibawa pulang demi anak bungsunya. Ceritanya seolah bisa memercikkan inspirasi. Lain kali, ia menceritakan dirinya yang pelupa. Pulang kampus naik angkot. Tanpa uang di saku. Sampai rumah, ibunya bertanya, “Motormu mana?” Lucu. Sekaligus tragis. Setiap orang punya cerita beragam. Saya suka mendengar cerita-cerita orang dengan antusias. Entah cerita mereka yang memang seru, gaya penceritaannya yang menar...