kressekian

Aku masih tertunduk menanti hari dan hari dan hari. Aku masih menjalani padang pasir kering untuk mencari oasis yang dapat melegakan dahaga ini. Aku tahu tubuh ini kurang cairan. Sudah beberapa lamanya tidak ada cairan yang masuk. Tenagaku sudah berkurang banyak untuk menyakinkan diri bahwa aku masih mampu terus berjalan dan berjalan dan berjalan. Apakah aku masih punya sekian banyak tenaga lagi?

Dan aku masih tertunduk ketika menyadari harum air yang kucari. Ah, cipratannya sudah mulai merintik bahkan lebih kecil daripada rintikan hujan. Kesegaran melintas. Apakah aku benar sudah dekat dengan oasis? Ataukah ini hanya galonan air minum milik perantau lain? Aku membimbang dan mengharap dan menunggu.
***

Tak jua kutemukan alasan yang membuatku merasa apa yang kurasa. Batasnya semakin menyaru antara objek dan subjek sehingga sulit untuk menganalisa. Aku hanya ingin ada di situ walau tanpa jawaban atas esok.
Kamu hadir di saat yang tepat, sayang. Sampai bertatap wajah dan berbagi detik lagi esok.

(19 Februari 2006)















Ah, hari ini kita tak bersua. Namun kita tetap saling mengamati dari jauh. Berkata lewat kata dan kata darimu cukup untuk menyunggingkan senyum ini. Terima kasih.

Hari ini banyak terima kasih yang harus kuucapkan. Setelah tiga tahun terlibat dalam satu aura team pada akhirnya hari ini kami mematahkan rekor kalah dari Universitas Trisakti. Ada lagi yang bikin lebih bersyukur. Aku diberi kepercayaan untuk bermain sejak awal bersama mereka yang dahulu bermain bersamaku sejak awal. Ah, kepercayaan itu tak kuterima begitu saja. Aku berjuang keras dengan kemauan yang tak pernah sekuat ini. Walaupun ada beberapa kesalahan, aku tak kehilangan keinginan. Hanya saja pada saat-saat terakhir aku mulai merasa tak bisa mengontrol lelah yang takutnya malah merugikan. Aku minta diganti dan akhirnya menikmati dua menit terakhir dari bangku cadangan. Tembakan bebas yang gagal dan kesalahan yang sengaja mereka buat untuk mencari waktu membuatku tak henti mengirimkan energi pada mereka yang sedang berjuang di lapangan. Bel berbunyi. Kedudukan 24—20. Universitas Indonesia berhasil membalas dendamnya selama bertahun-tahun. Terima kasih. Terima kasih aku berperan cukup pada pertandingan tadi.

(20 Februari 2006)

Komentar