what is GOD for you?

"gue mau gak beribadah aja ah kayak lo-lo pada"
Kalimat yang sedikit sensitif ini terucap dari seorang teman yang--kalau kata orang banyak--sangat beriman. Kalimat tersebut terucap karena cobaan berat yang diterimanya. Kata ia ataupun banyak orang, orang yang sangat dicintai Tuhan akan mendapat cobaan lebih banyak.
Sebagian besar masyarakat menganggap Tuhan adalah Yang Maha Baik-baik. Semua sifat yang baik akan dikategorikan sebagai sifat Tuhan. Apakah adil masih tercantum di dalamnya? Sepengetahuan saya, adil masih termasuk dalam kata yang maknanya positif. Jadi, Tuhan yang Maha Adil. Pernyataan tersebut berkontradiksi dengan pernyataan sebelumnya, yaitu Tuhan memberikan cobaan yang lebih banyak bagi umatnya yang "lebih dicintai-Nya" ataupun yang "lebih mencintai-Nya".
Saya tidak menyalahkan kalimat pertama di atas. Menurut saya, kalimat tersebut hanyalah ungkapan dari bentuk pertahanan manusia (self-deffense mecanism). Sebagian manusia berdoa, bersyukur, dan menyembah Tuhan untuk mendapatkan perlindungan, berkah, dan karunia-Nya. Oleh karena itu, ketika ia mengalami tekanan yang berat dalam hidupnya--bahkan dalam keadaan hidup tanpa tekanan sekali pun--, ia selalu mengatasnamakan Tuhan. Mungkin hal itu dilakukan untuk menetralkan energi negatif yang muncul ketika manusia tidak siap ataupun tidak setuju dengan apa yang sedang terjadi padanya. "Ini semua mau Tuhan. Ini terjadi karena Tuhan begitu mencintai saya."
Akankah hal yang sama terjadi apabila manusia berdoa dan bersyukur kepada Tuhan untuk mendapatkan ketenangan hati, kesucian jiwa, atau kesejatian--pada tingkat yang lebih tinggi? Manusia memang susah untuk menerima dan menghadapi tekanan hidup yang berat. Oleh karena itu, manusia "kembali kepada Tuhan" sebagai penenang hati, penyucian jiwa agar dapat menghadapi masalah ataupun tekanannya dengan lebih bijak. Tuhan tidak langsung turun tangan walaupun peran Tuhan sangat besar dalam menghadapi cobaan--yang biasanya akibat ulah manusia itu sendiri. Bukankah kadang manusia juga masih mencari "penenang jiwa" dalam bentuk lain dalam kehidupannya? Rokok, misalnya. Ganja, misalnya. Alkohol, misalnya. Berbicara dengan teman, misalnya. Tuhan sebenarnya mempunyai peran bukan? Tuhan ada tanpa harus mengeluarkan uang. Manusia berhubungan dengan Tuhan karena kebutuhan, bukan norma, doktrin, atau bahkan yang lebih parah entah untuk apa.
Manusia selalu ingin sempurna--klise. Kenapa tidak mau mengakui kelemahannya? Bukankah semuanya harus didasari dengan bentuk kesadaran? Kemudian pengakuan? Takut kehilangan eksistensi? Pada dasarnya, semua orang lemah pada satu titik dan itu hal yang wajar. Bahkan ketika kita mengakui kita lemah, kita akan mendapat kekuatan untuk melawannya. Belajar untuk menjadi orang yang BERANI. Berani menghadapi. Berani bertanggung jawab. Berani untuk tidak memanjakan kelemahan kita!
Selanjutnya, pemikiran tersebut menimbulkan pertanyaan lain. Apakah kita--sebagai manusia yang pasti tidak penuh kesempurnaan--mempunyai hak mutlak untuk menentukan siapa yang lebih dicintai Tuhan? Punya kacamata khusus untuk melihat hubungan manusia lain dengan Tuhan kemudian memberikan nilai dari E sampa A? Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan yang lebih privasi daripada apapun. Manusia menjaga hubungannya dengan Tuhan dengan caranya sendiri. Kadang, kita sebut cara itu sebagai agama. Jadi, agama adalah cara atau sistem. Agama bukan Tuhan. Kemudian, menurut saya, sangat sulit untuk menggeneralisasi agama seperti yang dilakukan orang-orang karena tidak ada yang bisa menentukan benar atau salah mengenai cara berhubungan dengan Tuhan. Apakah Anda Tuhan? Apakah Anda sahabat Tuhan?
Hanya Dia yang pantas untuk menentukan benar dan salah--apabila tidak dikenal area abu-abu.

Komentar