Sayang, Bodoh

“Terus…?”

“Ya udah.”

“Masa gitu doang?”

“Ya emang cuman gitu. Emang kamu maunya gimana?”

“Enggak tauk."

"Yakin gitu doang?”

Lelaki itu diam tapi menatap dengan tatapan yang lekat. Tatapan yang penuh dengan pertanyaan yang tak perlu jawaban.

Selalu. Ini selalu terjadi. Apa yang kulakukan selalu terasa patut dipertanyakan. Cerita yang tidak ditambal oleh kebohongan pun masih dipertanyakan. Kadang, aku ingin saja bercerita. Cerita yang kukarang atau kukutip dari salah satu cerita. Aku yakin. Cerita itu juga akan berhenti dipertanyakan bila kututup dengan tatapan seperti ini.

***

Sayang, malam ini kamu di mana? Apakah kau masih di atas sana? Duduk di singgasana duka di atas sana. Berdiam diri di sana dan menunggu aku nikmati dari bawah sini. Kemudian, kita hanya perlu sama-sama duduk. Kamu di sana. Aku di sini. Kata-kata membisu namun pikiran kita sedang bertukar.

Kira-kira apa panggilanmu untukku? Rangkaian kata maniskah atau cukup dengan makian yang diisi tawa manja? Itu masih jatahku untuk menentukannya sendiri. Masih dari sini.


***

“Aku pulang ya. Besok ada urusan pagi-pagi.”

“Mau ke luar kota lagi?”

“Lusa baru ke luar kota. “

“Oh.”

“Kamu nggak mau pake baju?”

“Aku mau langsung tidur. Emang tidur harus pake baju?”

Kan aku mau pulang.”

“Terus?”

“Kamu nggak mau nganterin aku ampe depan pager? Masa nggak pake baju gitu.”

Kan tinggal keluar doang, masa harus ditemenin sih!”

”Akting dikit dong, pura-pura sayang beneran ama aku.”

“Hahaha… Kenapa harus pura-pura sayang ama kamu?”

Perempuan itu mencari kaos yang agak besar dari tumpukan bajunya. Ia memakainya dan membuka pintu. Kemudian, berjalan menuju batas perpisahannya di depan pintu sambil memeluk pria itu dari belakang. Pagi yang masih terlalu pagi itu diakhiri dengan satu kecupan kecil di bibir. Kecupan yang menandakan kisah kemesraannya telah selesai untuk malam itu.

Kenapa harus pura-pura sayang? Wanita dan pria tak perlu ada rasa sayang untuk melakukan hal seperti tadi. Mungkin hanya butuh kata-kata pemanis dan sesuatu yang memesona. Memang kata-kata manis dan sedikit rayuan akan membedakan dunia kita dan kita akan semakin menikmatinya. Kita memang memerlukan kepura-puraan.


***

Bodoh, sudahkah kamu duduk di bawah sana? Apa sedang menikmati hal lain di sana? Aku mengurungkan niatku kemarin malam untuk mengubahmu menjadi salah satu bintang di atas sini. Aku pikir kamu bisa menemaniku. Namun, tampaknya itu akan mengubah apa yang terjadi di antara kita. Kemudian, kamu akan mulai meminta penjelasan dari semua yang sudah jelas. Seperti yang sudah-sudah.

Aku menikmati apa yang terjadi pada kita. Entah itu apa. Mungkin perbedaan dunia yang membuat kita lebih saling mengerti tanpa penjelasan. Mungkin ketidakmungkinan yang membuat kita ingin lebih menikmati apa yang sudah ada. Namun, kita percaya tidak mungkin itu tidak mungkin.


***

(14 Mei 2006)

Komentar