pesan

Berkali-kali pesan yang sama diketiknya. Selanjutnya, ia diam saja menunggu balasan. Bukan pekat malam yang didambanya seharian ini. Sibuk ia mencari gemerlap lampu kota di sisa malam itu untuk menyibukkan pikirannya. Namun, pesan itu masih saja tak berbalas. Dan, ia tidak pernah lelah menantinya.

Esoknya, terik menjadi saksi pertumpahan air mata. Seorang lainnya diam saja duduk di hadapannya. Tak bergerak mendekat. Tak mengusap lembut mencoba menenangkan. Jingganya matahari menjadi saksi selanjutnya. Masih saja, pesan semalam tak dibahas sama sekali.

Tahunan tak menjadi jaminan. Air mata itu seperti sia-sia, tak berarti apa-apa. Padahal, ini sudah tahun kesekian. Tak terseka pula. Seorang lainnya sudah bosan berada di situasi yang tidak dimengerti sekaligus dengan mudah dipahami karena ini adalah kali kesekian.

Subuh itu ia terbangun. Segala pesan ia bongkar untuk menghapus seorang tadi. Ditulis lagi pesan yang sama dan tak pernah terkirim.

juni 2009

Komentar