seruput yang panas-panas



Ketika sedang nelangsa, saya suka hanya ingin duduk sendiri menyeruput yang panas-panas. Tak ada keinginan untuk berada di tengah keramaian, apalagi merasa asing. Kalau sedang sedih begitu, saya justru suka merasa asing dengan diri saya. Jadi, tak perlu lagi ditambah keasingan dari pihak luar.
Kalau diingat-ingat, banyak perilaku yang dilakukan tanpa persetujuan pikiran saya. Ucapan juga begitu, sama saja. Hanya dirasa ingin melakukannya saja, tanpa ada pemberian nilai benar atau salah. Maka itu, saya suka menolak untuk mengingatnya.
Sebenarnya, diam-diam, saya menanti teman juga. Ikut duduk bersama tanpa menasihati atau berperan lebih tahu tentang hidup. Hidup itu milik masing-masing. Paham akan hidup bukan berarti dapat menjalaninya dengan baik-baik saja. Tahu banyak hal juga bukan jaminan untuk paham akan hidup.
Hidup tak perlu dipahami, justru sayalah yang butuh dipahami. Tak perlu penjelasan panjang-lebar untuk mengerti. Paham pun tak perlu sepakat.
Bukankah lebih lucu jika kita hanya duduk saja. Menyeruput yang panas-panas dan saling paham. Hidup itu memang begini. Beri jarak antara kita biar semakin akrab. Tak perlu lama. Kita sama-sama akan beranjak ketika yang panas-panas sudah habis diseruput.

*gambar diambil dari http://weheartit.com/entry/21416135

Komentar