Dan, Anda berada di balik kemudi, saya di sebelahnya. Kendaraan itu melalui jalan medan merdeka. Mendengarkan lagu yang itu-itu saja. Membicarakan hal yang sudah pernah kita bicarakan. Tertawa akan lelucon yang sudah diulang berkali-kali. Kemudian, di lampu merah depan Museum Gajah, Anda bilang, “Kasihan sekali kamu, anak muda,” tentu dengan wajah sekaligus nada yang dibuat bijaksana. Jelang tiga detik, Anda melanjutkan, “Tapi, tahu kan bahwa ini belum seberapa?” Saya dan Anda menanggapinya dengan gelak tak berkesudahan. Sadar betul bahwa ini layak ditertawakan; kesadaran yang tak bisa dibendung. Anda kemudian melihat ke luar dan bertanya patung apa itu di pinggir jalan harmoni. Saya jawab, “Itu patung Hermes. Cocok buat malam ini. Itu dipercaya membawa keberuntungan. Merasa lebih beruntung?” Tawa saya dan Anda lepas lagi. Saya dan Anda sama-sama tahu bahwa dalam keadaan terpuruk, bisa jadi yang dibutuhkan hanyalah keberuntungan. Pada saat yang sama, saya dan Anda j...