Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Second Thought

Gambar
I am your second thought The umbrella that you bring along to the door step And tat you put back before leaving the house No matter if it rains or not I’m gonna be your “told ya” at the same time I am your second thought The jogging shoes on your wish list And remove it on the pay day Sweating is not your fav You only like the feeling that you will do it But you wont I am your second thought The records that you give to your friend Which Spotify does not have Listening to other songs just to forget the melody of it Just when you enter the bookstore They play that record without selling it I am your second thought The one you left behind But keep thinking of I am your second thought The one that keeps you feel alive But you’ll survive without I am your second thought The confusion to be put on should have and shouldn’t have list The what if, the bless, the regret The avoidance I am also your second thought The daughte...

Aborsi Medis: Mengembalikan Otonomi Tubuh kepada Empunya

Gambar
“Masuk, ayo, masuk.” Suara lantang suster membuat perempuan ini bersama 7 atau 11 perempuan lain masuk ke dalam ruangan. Ada kasur sejumlah perempuan yang masuk dengan sekat berupa kain. Dengan mengenakan gaun rumah sakit yang belakangnya hanya berupa tali-tali pengikat, mereka menuju kasur yang sudah disiapkan. Tanpa pendamping. “Buka celana dalamnya.” “Ayo, cepat.” “Tiduran di kasur.” Kelantangan suara itu mendampingi suster dan dokter yang masuk ruangan. Dokter menghampiri satu per satu kasur dan melakukan kuret. 35 tahun setelahnya, perempuan itu mendapat pertanyaan dari anak perempuannya, “Waktu itu, Ibu dikasih obat bius, nggak?” “Nggak tahu. Nggak inget. Ibu nggak mau inget-inget.” Namanya Yanthie. Saat itu, beliau berusia 32 tahun, tepatnya tahun 1984. Sudah punya 3 anak: 10 tahun, 9 tahun, dan 6 tahun. Ia melakukannya di klinik aborsi Jakarta, kota tempat tinggalnya. Datang ke klinik ditemani mertuanya tanpa ...

Ditutup Air Mata

Dia adalah pencerita yang baik. Kejadian dalam hidupnya seakan layak diceritakan. Tanpa alur yang begitu sistematis, hanya mengandalkan sebotol bir, ia bisa bercerita tentang masa kecilnya. Sore-sore, kerjanya menunggu di teras mungil. Persetan dengan anak-anak main gundu atau masak-masakan. Ia menunggu bapaknya. Menyambut Bapaknya seperti sudah tidak bertemu mingguan. Setiap hari. Selayaknya seorang bapak yang berjaya pada Orde Baru, Bapaknya selalu pulang membawa koran. Bapaknya tahu anaknya suka baca. Bapaknya tahu tak bisa membelikan buku. Koran di kantornya dibawa pulang demi anak bungsunya. Ceritanya seolah bisa memercikkan inspirasi. Lain kali, ia menceritakan dirinya yang pelupa. Pulang kampus naik angkot. Tanpa uang di saku. Sampai rumah, ibunya bertanya, “Motormu mana?” Lucu. Sekaligus tragis. Setiap orang punya cerita beragam. Saya suka mendengar cerita-cerita orang dengan antusias. Entah cerita mereka yang memang seru, gaya penceritaannya yang menar...