secangkir caramel latte, sebotol bir
Secangkit caramel latte panas dan sepiring calamari. Mari ceritakan aku tentang pemikiran orang-orang terhebat zaman dulu. Aku juga siap mendengar celoteh opini yang tak terlintas dalam benak ini. Pembicaraan mengawang-awang dan penuh kiasan ini membentuk senyum dan tawa kecil yang menyeimbangi seruput caramel latte yang mulai menghangat. Sadarkah kau? Pembicaraan ini banyak menyimpan rahasia yang tak ingin diungkap. Banyak kiasan dan alih-alih pikiran orang yang kita luntarkan. Mencoba mengajak berpikir jernih, padahal hati ini sibuk menjernihkan apa yang dia bisikkan sejak semalam. Kemudian, kita sanggup pulang dan meredakan segala emosi beserta rasionalitas gegara obrolan tadi. Sebotol bir dan sebungkus rokok. Asbak itu sudah penuh dan lelah mendengar tawa riang kita. Lelucon yang tak lucu pun bisa jadi pemicu gelak tawa kita. Mencoba keluar dari humor yang normal. Merendahkan selera sekadar ingin tertawa lepas. Omongan filsuf tak laku di sini. Dianggap merusak keadaan dan memaksa b...