Datang dan Pergi


Sebagian orang percaya bahwa hidup dipenuhi dengan dua kubu: baik-buruk, tinggi-pendek, jauh-dekat, datang-pergi. Mereka cenderung menolak posisi yang berada di antara keduanya. Seolah “antara” menjadi tidak ada; eksistensinya dihilangkan demi kepercayaan mereka untuk meletakkan dua hal dalam dua kubu berbeda.

Begitu pun dengan datang dan pergi. Banyak dari kita percaya bahwa kedatangan selalu diakhiri dengan kepergian, begitu pun sebaliknya. Padahal, saya percaya bahwa ada satu posisi atau kondisi yang membuat seseorang menetap secara statis—tidak datang dan juga tidak pergi—untuk beberapa saat.

Karena konsep statis itu kurang dipercayai, mereka merasa terpaksa harus memilih untuk datang atau untuk pergi. It’s not even a choice anyway. Maka itu, daripada ditinggalkan, mereka memilih untuk meninggalkan. Padahal, untuk kegiatan itu, sama sekali tidak ada yang meninggalkan dan ditinggalkan. Mereka sama-sama diam pada satu tempat dalam kurun waktu tertentu. Berada di antara tanpa disadari sepenuhnya.

Sementara itu, sebagian orang yang sudah mempunyai kesadaran hanya tertawa. Yet, life can be very funny.


Komentar