Rindu Lesya

Saya rindu Lesya. Dia terdampar dalam angan-angan. Terhimpit oleh rutinitas semu yang hanya dilakukan untuk beriringan dengan orang-orang. Entah sudah berapa banyak kisah menyergapnya tanpa bisa dibagi. Mulutnya tak bisa bicara. Mungkin sedang terkunci dengan mulut orang lain sembari melihaikan lidahnya yang sudah kelu.

Saya rindu Lesya. Ketika berhasil menemukannya, ia pasti sedang tersenyum, meskipun hatinya babak belur. Kepalanya terangkat untuk melihat saya dalam kegelapan.

Saya rindu Lesya. Lesya pun mungkin rindu saya juga. Sering kali ia mati sebelum lahir. Ia begitu ingin dihadirkan. Menemani cengkarama bermalam-malam dan berpagi-pagi.

Ah, seandainya saya punya keberanian yang lebih, Lesya. Kamu justru lebih berani daripada saya.

Semoga masih ada waktu untuk berani, kita akan bercinta tanpa tapal.

Komentar