Roekmana’s Repertoire: Roekmana Si Batu Tua
Tulisan satu ini merupakan kolaborasi dengan CM. Menerima ajakan semena-mena dari dia dan berakhir dengan tidur pagi. Press release untuk Tigapagi untuk 30 September 2013.
Roekmana’s
Repertoire: Roekmana Si Batu Tua
Pembatja jang boediman soedah pernah ada dengar tentang Roekmana? Djika
beloem, pembatja akan banjak dengar dia poenja kisah. Bagaimana tidak? Ia si tokoh
sentral dalam alboem ini. Pantas sadja djoedoel alboemnya Roekmana’s Repertoire.
Ini ada banjak tjerita tentang pentjarian-pentjarian Roekmana jang soedah
mentjapai oesia senja. Pentjarian-pentjarian itoe tentang makna kehidoepan,
kegelisahan; pentjarian nilai-nilai jang berketjamoek di pikirannja, semisal perasaan-perasaan
atau pedoman-pedoman. Jang mana pentjarian itoe banjak bergeser, tergantoeng tingkat
kematangan Si Roekmana. Ambil tjontoh, awalnya, dia poenja harapan amblas, dia
poenja hati soesah kerna kegetiran hidoep jang membabi boeta. Namoen, oesia
jang tak lagi mentah memboeatnja tiada gampang menjerah.
Alboem ini dibangoen dalam soeasana September 1965. Politik sedang katjau.
Keadaan mentjekam jang mana merasoeki keseharian. Orang memang melakoekan
kehidoepan sehari-hari, tetapi tetap merasakan kegelisahan. Elit riboet,
kawoela alit ikoetan kalang kaboet.
Sebab musabab ketjintaan Roekmana jang teramat sangat dengan negerinya ini memboeat
hatinja mana tega melihat banjak njawa orang melajang. Peristiwa-peristiwa itoe
membawa moesik dalam Reokmana’s
Repertoire begitoe kelaboe. Roekmana mengidamkan negerinja ada dalam
keadaan jang sesoeai dengan makna namanja: tjemerlang.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Kisah Roekmana itoe sendiri sesoenggoehnja hadir dari tanda mata tiga
botjah jang moengkin soedah bisa dipanggil toean. Andilnja besar, boekan ketjil,
dalam kehidoepan tiga tjalon toean itoe. Ia adalah goeroe gitar jang piawai memainkan
lagoe-lagoe klasik soenda. Konon kabarnja, djari-djemarinja sangat litjin djika
soedah terkena senar-senar gitar. Kelihaiannja memboeka tiga tjalon toean itoe poenja
pikiran, sampai-sampai didjadikan tokoh sentral dalam alboem mereka.
Tiga lelaki jang kita bintjang-bintjangkan adalah Sigit Agung Pramudita,
Eko Sakti Oktavianto, dan Primadian Febrianto. Eko dan Prima berhoeboengan
darah, lantaran Eko lahir lebih doeloe dari Prima. Bapak mereka poenja sahabat
waktoe masih sekolah, seorang perempoean, manis djuga, jang ternjata adalah Sigit
poenja iboe. Moengkin, ini poen masih moengkin, bapak-iboe mereka joega
memboeat kelompok moesik. Singkat kata, entah ada hoeboengannja ataoe tidak,
mereka soedah meradjoet kawan sejak ketjil. Mereka doedoek di sekolah jang sama
di Bandoeng, SMAN 2.
Lajaknja pemoeda tanggoeng saat itoe, moesik mengena di hati mereka.
Kelompok moesik poen diboeat dengan moesisi sebanjak empat. Tanpa kejelasan, akhirnja
mereka setjara alami boebar teratoer. Setelah itoe, Sigit memboeat lagoe
sendiri, dapat lima. Kemoedian Sigit kasih dengar pada teman sekolahnja doeloe,
Kandria Kananta, jang tertawan hatinja dengan lagoe-lagoe poenja Sigit jang
kemoedian temannja itoe mendjadi tjoekong alboem ini. Saking terpesonanja,
Kandria lempar poenja oesoel oentoek roejoek dan bikin alboem. Gajoeng
bersamboet, mereka moelai bermoesik bertiga membawakan lagoe-lagoe jang diboeat
Sigit jang beberapa di antaranja bisa pembatja temoekan dalam alboem ini.
Setelah rekam lagoe, mereka moelai malang melintang di atas
panggoeng-panggoeng kota kembang. Mereka poenja teman jang lain, Ganeca Muslim,
diam-diam bikin kelompok moesik itoe masoek dalam seboeah festival anjar. Ogah tanggoeng-tanggoeng
oesahanja, mereka lolos hingga final. Jerih jang dengan soesah pajah mereka
keloearkan oentoek lolos bikin mereka sontak sepakat garap alboem.
Selama proses, banjak kedjadian jang memboeat alboem itoe seperti mati
segan hidoep tak hendak. Gairah menoeroen, ekspektasi tinggi, dokoe pas-pasan,
keloear-masoek personil tambahan, roeang rekam pindah-pindah. Matjam kerdja
gerilya sadja. Walhasil, empat tahoen tiba-tiba soedah mereka habiskan oentoek
proses rekaman; dari 2008 sampai 2011. Kandria Kananta toeroen tangan lagi. Ia joealah
jang melakoekan second strike. Proses
rekaman poen moelai digarap serioes.
Biar makin menjoeara, diadjak poela para pengisi tamoe. Peramoe instroemen
kawat dikerojok oleh Birawa Ade Respati,
Fiola C. Rondonoewoe, dan joega termasoek Sigit sendiri. Toeroet menjoembangkan
lagoe djagoan njanji matjam Firza Achmar Paloh dari kelompok moesik SORE, Ida Ayu
Made Paramita Saraswati dari kelompok moesik Nadafiksi, Aji Gergaji dari kelompok
moesik The Milo (wih, dia poenja nama inggris), dan Cholil Mahmud dari kelompok
moesik Efek Rumah Kaca.
Tentoe sadja, doekoengan Helat Tubruk tak mampoe dipitjingkan. Soedah tahoe
Helat Tubruk? Seboeah koempoelan pemoesik baroe jang berkomplot oentoek
bahoe-membahoe memboeat rekaman. Bahkan, Tigapagi meroepakan deboet jagoan
pertama dari Helat Tubruk. Selandjoetnja, kita kasih toenggoe aksinja.
Doekoengan djoega datang dari rooftopsound oentoek kenjamanan soeara.
Djoega demajors—seboeah distriboetor moesik jang pro dengan ragam moesik di
Indonesia. Pembitjaraan tentang pengemasan dibitjarakan malam demi malam
bersama Obscura Oddities. Dan, akhirnja, oentoek menjesoeaikan dengan konsep
alboem jang soedah dibangoen oleh Tigapagi, segala perangkat dikemas dengan
djempolan. Boengkoesan pakai karton berwarna merah dengan bolongan kotak di
tengah sampai menoendjoekkan foto kamar ataoe moengkin sadja roeang tamoe
Roekmana jang klasik. Sentoehan tangan terampil dan tjekatan terlihat benar
dari tiap isi: tjakram, foto-foto diselotip dalam setjarik kertas kopi lengkap
dengan gambar-gambar tangan, sekoempelan foto lain jang berisi kegiatan di
roeang depan Roekmana poenja tempat tinggal di dalam amplop dari kertas kalkir.
Ada poela daftar tim repot jang ditoelis dalam booklet jang membantoe mereka rekaman. Semoea begitoe apik.
Tigapagi membangoen Roekmana’s
Repertoire dengan konsep bahwa moesik adalah satoe kesatoean jang saling
bertaoetan. Sampai-sampai, mereka memoetoeskan memboeat alboem ini dalam satoe track jang berisi 14 lagoe
samboeng-menjamboeng. Ada djembatan notasi-notasi antara satoe lagoe dan lagoe
lainnja. Djadi, terasa seperti lingkaran, notasi akhir adalah notasi awal. Itoe
meroepakan simbol dari pengoelangan jang terdjadi dalam kehidoepan. (Muke gile,
berani djuga mereka poenja konsep)
Jang lebih gila lagi, mereka tjampoer itu moesik: diatonik dan pentatonik.
Pembatja soedah tahoe apa itoe diatonik dan pentatonik? Gampangnja, diatonik
adalah tangga nada moesik klasik: do, re, mi, fa sol, la, si, do. Sedangkan, dalam
pentatonik, tangga nadanya adalah da, mi, na, ti, la, da jang terdapat dalam
karawitan soenda. Boetoeh njali jang tjoekoep oentoek memadoekan doea koetoeb yang
berbeda.
Moesik barat dan noeansa soenda meleboer dengan tidak saling maoe menondjol,
tapi boekan berarti maloe-maloe. Djoestroe tampil menawan, saling mengisi,
mendoekoeng artisitik. Perpadoean itoe mereka mainkan setjara balada, djaoeh
dari gedebak-gedeboek. Moengkin sadja itoe boekan hal baroe. Tjorak moesik demikian
sebenarnja soedah tidak asing lagi djika pembatja ada dengar kelompok Bimbo—kelompok
moesik djempolan jang memasoekkan oensoer-oensoer pasoendan dalam moesiknja. Tapi,
Tigapagi membawa soeasana soenda mendjadi begitoe djahanam, seperti tanah pasoendan
pada poekoel tiga sore sampai lima pagi dan begitoe seteroesnja, tanpa ada pagi
dan siang.
Lirik-lirik mereka djuga patoet diatjungkan djempol. Ada tentang kehilangan
dalam “Alang-alang” dengan penggalannja:
“Tjoema
piloe! Tjoema piloe! Anakkoe hilang tak kembali”
Lutjunja, ekspresi mereka poenja artisitik di lagoe itoe tjampoer adoek.
Tidak haroes selaloe hal-hal jang sedih dibaloet dengan moesik jang djoega
sedih. Lagoe ini djuga dikeloearkan kepada chalajak bertepatan dengan hari
tani, 24 September 2013, jang dekat dengan keseharian petani. (Bisa adja
njamboeng-njamboengkeunnja)
Masoek ke lagoe choesoes: “Batu Tua”. Sepoesing-poesingnja kalian batja
toelisan dengan edjaan seperti ini, di lagoe inilah inti dari kemeloet Si
Roekmana. Apa pasal? Lagoe ini poenja tjerita tentang potret diri, seberapa jaoeh
harapan dan kesadaran diri, seberapa jaoeh poenja mimpi dan kekoetan melakoekan
mimpi itoe. Inilah kontemplasi. Akhirnja,
“tetap
menjadi jingga dan kaoe tetap menoea meski lelah kaoe mentjoba.”
Nah, ada jang koerang adjar dari Si Tigapagi. Lagoe “Happy Birthday”
seperti memngingatkan Si Roekmana pada baoe tanah. Boekannja happy birthday, tapi happy obituary day. Tjoba simak
penggalannja:
“Happy
birthday and happy anniversary to you, but don’t be too happy, ‘cause you will
see your face of death.”
Kalaoe pembatja poenja anak perempuan sweet
seventeen, djangan sekali-kali kasih dengar lagoe ini, bisa berabe dia
poenja oelang tahoen.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari banyak omong kosong jang kalian soedah batja ini, jang paling
mendjoeara adalah perpadoean doea eonsoer jang berbeda berhasil didjaga
ritmenya. Keteganggannya ogah kedodoran dan tiada kendor. Itoe dia pamoengkas oentoek
bikin djatoeh tjintrong. Karja ini boekan anget-anget tai ajam. Hari ini anget,
besok-besok djoega masih anget. Wanginya awet.
Makan singkong reboes
dengan aroma bajigoer jang melepoeh. Mari kita samboet dengan hangat kelompok moesik
Tigapagi. (C. Mahmoed & A. Poeri Handajani)
Komentar
Posting Komentar