Mas, aku kangen
"Mas, ini rasanya seperti mimpi." "Ini memang mimpi kamu." Itu adalah percakapan terakhir nyaris setahun lalu ketika kami sedang akrab-akrabnya. Waktu memang menelan banyak keakraban. Atas nama bertahan hidup, saya mengasingkan diri. Dia sibuk dengan urusan rumah tangganya. Juga keluarganya. Satu hari, ketika saya tidak tahan betul dengan kehidupan, nama dia adalah satu-satunya yang ada di kepala untuk dikirimi surat. "Mas, saya mau bunuh diri. Mimpi saya berujung mimpi buruk. Saya ingin segera bangun. Tapi, saya tahu bahwa yang saya jalankan adalah mimpi buruk, tanpa bisa pernah bangun. Saya mau tidur saja. Selamanya." Saya tidak mendapat balasan kilat. Saya buka facebook, saya lihat orang-orang ambil foto dia yang sedang tertawa-tawa di tengah keramaian. Saya buka instagram, saya lihat dia sedang berjalan-jalan dengan motornya sambil memburai tawanya. Saya buka path, saya melihat dia dengan keluarganya yang begitu intim. Saya kirim surat lagi. ...