Kematian Begitu Dekat
"Saya mau mati." "Saya mau mati." "Saya mau mati." Pesan-pesan tersebut saya dapatkan berturut-turut sekitar pukul 19.00. Tidak ada keakraban di samping saya, hanya kumpulan orang dengan pekerjaan yang harus diselesaikan. Juga nyamuk-nyamuk yang mengingatkan keberadaannya dan meninggalkan bekas di tubuh. Saya dan pemberi pesan sama sekali tidak akrab. Namun, pesannya terasa begitu akrab. Saya langsung meninggalkan pesan kepada seorang teman, "Bisa bantu teman saya?" Entah apa makna teman. Satu-satunya yang ada dalam pikiran saya hanyalah memberikan pilihan lain selain mati. Jangan sampai dia pilih mati. Konsentrasi saya bubar secara nyata. Saya berkonsentrasi penuh dengan pesan-pesan. Entah mana yang nyata. Dia setuju menunda kematiannya untuk bertemu dengan saya keesokannya. Setelah pertemuan dengannya, saya runtuh; merasa telah mengkhianati apa yang saya percaya. Saya percaya setiap orang sudah punya pilihan. Dan, saya percaya bahwa saya ...