berbagi duka


Saya mulai paham akan alasan banyak orang yang lebih memilih untuk memendam ceritanya. Ketika berbagi duka, kami ingin merasa dipahami dan juga diberikan pencerahan untuk jalan keluar. Dunia memang penuh dengan sebab-akibat. Kadang, tanpa kalian tanya, kami sudah paham betul. Namun, kami perlu dibuai perasaannya. Setidaknya, kami berharap berbagi membuat kalian peduli dengan perasaan kami.
Namun, tak jarang, banyak pendengar lebih tertarik kisah daripada perasaan. Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan tanpa adanya pertanyaan akan perasaan yang seharusnya dipahami terlebih dahulu. Kami tidak meminta kesamaan perasaan, hanya meminta kepedulian akan perasaan. Yah, kalau terlalu sulit, berpura-puralah mempedulikan perasaan kami. Kalian sibuk menanyakan sebab dan akibat, mengorek dunia bawah sadar kami yang kadang sudah kami cerna diam-diam.
Apa yang kamu rasakan sekarang?
Pertanyaan itulah yang hampir tidak pernah keluar dari mulut kalian ketika kami berbagi. Bagaimana caranya kalian bisa lebih sibuk merasionalisasikan duka kami tanpa paham kami sedang berduka?

Komentar