Dalam Entah, Kami Berejawantah
Ia datang
tanpa mengaku-aku. Justru, merekalah yang mengaku begitu dekat, berebut
mengenalnya. Kami melipir dan melebur menjadi Aku.
Mereka
bilang Ia adalah cahaya. Sementara itu, dekat ini begitu terasa dalam gelap
tanpa gemerlap.
Ucap
mereka, Ia adalah suara yang kadang berbuah bisikan. Sepi merajalela dalam
akrab yang tak kunjung reda.
Apakah Ia
adalah lihat? Pejaman ini membuat Aku—yang tadinya kami—terasa semakin kerasan
berdiam dalam cakap mendalam.
Tengoklah,
kata seseorang, Ia menjelma tenang. Kupernah bergetiran bersama dalam intim
yang tak tertepi.
Aku ada
tanpa mengaku. Tersudut tanpa merasa terpojok. Berdiam bukan untuk bertahan,
hanya menyerap segala yang ada.
Perjalanan
Aku—yang merupakan perubahan dari kami—berejewantah menjadi entah. Dalam entah,
kami menyesap menjadi Aku.
Komentar
Posting Komentar