Laki-laki setinggi kurang lebih satu meter. Bertelanjang dada dan juga kakinya, bercelana pendek, dan tak ada bulu di sekujur tubuhnya—entah di dalam celananya. Itu membuatnya ia terlihat seperti anak-anak. Di punggungnya, terpikul layaknya tas ransel berupa sangkar burung. Dipenuhi dengan burung-burung, mungkin merpati, berwarna putih. Burung-burung yang ada di bawah sangkar tergeletak, mati. Beberapa burung yang masih hidup bertengger di jeruji sangkar. Beberapa burung sejenis juga ada yang bertengger di atas sangkar. Oh iya, apakah saya sudah menyebutkan kepalanya juga mengenakan topeng kepala burung berwarna hijau? Saya melihatnya di Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta. Terusik selama beberapa malam ke depannya, saya memutuskan kembali lagi untuk melihat ulang. Entah buat apa. Saya hampiri dan melihat dari jarak yang sangat dekat. Kemudian, bertanya dengan berbisik-bisik, takut si anak laki-laki berkepala burung itu mendengar, “Ini karya siapa?” Saya ini tak a...