Padi

Aku jatuh cinta. Kali ini dengan kumpulan ilusi di udara arau di suatu tempat yang tak berbatas. Kumpulan itu kuisi dengan sosok pelindung. Keras. Dingin. Namun, sekaligus menyejukan. Entah dari mana ilusi itu datang.

Kadang kuisi pikirannya dengan segala kekayan ilmu. kadang ditambah angkuhnya agar ia menjadi sosok yang kuat dan tegas. Kadang kurombak lagi ilusi itu dan dibungkus dengan kesederhanaan. Ilusi ini lebih cepat berganti karena aku telah menjauhkan diri dari impian pangeran yang baik hati. Ah, aku cipta manusia. Manusia yang mendominasi. Manusia dominan.

Dan aku pun tetap manusia. Manusia yang ingin punya kekuasaan. Kuciptalah ilusi pemikiran duniawi. Salah satu dari manusia kebanyakan. dan aku pun menjadi Sang Puteri; dikelilingi kekaguman akan sesuatu yang baru diketahuinya. Tetap saja, kutambah ilusi itu dengan kelebihan yang lebih. Aku juga inginmenikmatnya. Toh, itu kunci utamanya. Kenikmatan.

Kusebut ilusi itu dengan Padi. Kupilih Padi karena padi adalah sumber makanan manusia timur. Padi bisa menjadi beragam bentuk sesuai prosesnya. Itulah ilusi yang kunanti; berkembang dan berubah seperti apa yang semestinya. Terlalu angkuh kalau kukatakan seperti yang kuinginkan.

Padi, rasa ini begitu besar. Sebaiknya tidak kau biarkan menjadi embrio perasaan kecil yang mati. Hidupkanlah. Hembuskan napasmu agar ia dapat menarik napas buanganmu. Biarlah karbondioksidamu menggerogoti embrio kecil itu. Siapa tahu ia tetap bisa bertahan.

Komentar