media sosial
Melihat media sosial seperti melihat foto-foto dalam kehidupan orang lain. Apa yang dianggap penting, menarik, dan memainkan perasaan mereka. Hal-hal sepele sampai berkepentingan begitu dieksploitasi dan disebar maknanya. Seketika saja, saya lupa dengan rekaman kecil-kecil dalam kehidupan saya sendiri. Semua tercecer berserakan di mana-mana. Bahkan, tak sedikit yang harus saya pancing berulang kali untuk mengartikan kembali simbol-simbol yang saya buat saat itu.
Mungkin, saya kurang suka dengan eksploitasi. Dasarnya mungkin ketakutan akan penilaian orang yang membekas dan mempengaruhi dalam bersikap dan berperilaku. Jadinya, sibuk berdiam diri untuk mengobservasi. Repot kasih nilai ini-itu atas apa yang saya lihat. Pada saat yang sama, merasa belum melakukan apa-apa. Jauh dari kata hebat seperti yang terlihat pada foto orang lain melalui tulisan dan gambarnya. Kereta mungkin sudah terlalu jauh dan meninggalkan saya sejak lama.
Mungkin, saya kurang suka dengan eksploitasi. Dasarnya mungkin ketakutan akan penilaian orang yang membekas dan mempengaruhi dalam bersikap dan berperilaku. Jadinya, sibuk berdiam diri untuk mengobservasi. Repot kasih nilai ini-itu atas apa yang saya lihat. Pada saat yang sama, merasa belum melakukan apa-apa. Jauh dari kata hebat seperti yang terlihat pada foto orang lain melalui tulisan dan gambarnya. Kereta mungkin sudah terlalu jauh dan meninggalkan saya sejak lama.
hmm.. bukankah kenyataan tidak selalu seindah yang digembar-gemborkan? manusia cenderung menganggap dirinya paling malang dan sesungguhnya inilah yang sering membuat mereka berang. lagipula kita tidak menaiki kereta yang sama; aku dan keretaku, kamu dan keretamu. setidaknya inilah yang aku pahami. kita tidak pernah ketinggalan kereta karena kita dilahirkan didalam gerbongnya.
BalasHapushmm.. bukankah kenyataan tidak selalu seindah yang digembar-gemborkan? manusia cenderung menganggap dirinya paling malang dan sesungguhnya inilah yang sering membuat mereka berang. lagipula kita tidak menaiki kereta yang sama; aku dan keretaku, kamu dan keretamu. setidaknya inilah yang aku pahami. kita tidak pernah ketinggalan kereta karena kita dilahirkan didalam gerbongnya.
BalasHapusya, betul. keretaku sedang berdiam di stasiun selagi yang lain sedang melaju :)
BalasHapusthanks for the comment
baiklah, hanya saja kamu tampak hebat bahkan saat ini ketika kamu memilih(?)untuk stagnan. terimakasih untuk ijin berkomentar :)
BalasHapus